BANGKALAN | koranmadura.com – Kinerja Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) perlu dipertanyakan. Tak mampu membendung sikap masyarakat yang kerap memotong sapi betina produktif. Bahkan, dinas mengakui mengalami kesulitan dalam penanganannya. Jika tetap demikian, hal itu dikhawatirkan akan mengurangi kuantitas sapi potong yang ada di Bangkalan. Secara aturan sapi betina produktif dilarang dipotong.
Kondisi tersebut diakui oleh Kepala Bidang Keswan, Kesmavet Pelayanan Peternakan A. Azizun Hamid. Pihaknya merasa kewalahan dengan kebiasaan masyarakat yang membiasakan sapi betina dipotong untuk memenuhi permintaan. Tentunya, hal itu menjadi ancaman bagi kelestarian sapi di Bangkalan.
“Sapi betina adalah ‘pabrik’ produksi dalam menambah kuantitas sapi potong. Tetapi terkadang sapi betina harus dipotong jika sudah tidak produktif,” ujarnya, Kamis (12/5).
Belum lagi, ada sapi betina yang mengalami gangguan dalam mereproduksi atau susah hamil. Pada 2015, terdapat 8 ribu kasus sapi betina yang mengalami susah hamil di 18 kecamatan. Sebagian ada yang sudah tertangani tapi belum mencapai batas maksimal. “Masih tersisa 30 persen sapi, yang sekarang tengah kita tangani,” ungkapnya.
Usaha yang dilakukan akan sia-sia jika keadaannya tetap seperti itu. Jika dibiarkan tanpa ada perhatian khusus akan sangat percuma. Masalah gangguan reproduksi seharusnya ditangani dengan baik hingga bisa normal kembali.
Batas maksimal sapi betina bisa dipotong yaitu saat sudah keluar dari usia produktifnya. “Sudah 8 kali melahirkan atau sudah majir dan tidak bisa diobati, silahkan tidak apa dipotong. Persoalannya masih banyak sapi betina produktif yang dipotong,” ungkapnya.
Selain itu, pada 2015 Dispertanak memotong sapi sebanyak 12.353 sapi yang meliputi sapi jantan sebanyak 11.622 ekor. Untuk sapi betina sebanyak 731 ekor. Itu berdasarkan data yang dikumpulkan dari 15 Rumah Potong Hewan (RPH) yang tersebar di Bangkalan. Dengan biaya retribusi per sapi yang relatif, kalau jantan Rp 25.500, sedangkan betina Rp 30.500.
Dari persoalan tersebut, dirinya mengaku akan membenahi persoalan yang terjadi di bawah. Sampai saat ini kebiasaan seperti itu masih sering dilakukan. Dia akan berupaya untuk memaksimalkan kinerja yang berada di naungannya. “Intinya secepatnya akan dituntaskan persoalan itu. Masyarakat jangan memotong sapi betina produktif,” harapnya. (YUSRON/ORI/RAH)