BANGKALAN | koranmadura.com – Petani di Desa Pandebeh Bawah, Kecamatan Kamal, Bangkalan, Madura, mengeluhkan menurunnya hasil panen pada musim panen pertama tahun ini. Beberapa orang petani di desa itu mengatakan penurunan itu hampir mencapai 50 persen bila dibandingkan hasil panen tahun lalu.
Hofifah, 36 tahun, mengaku dari lahan seluas setengah hektare miliknya hanya menghasilkan 8 sak gabah basah ukuran 50 kilogram. Padahal bila panen normal menghasilkan 30 sak gabah basah. Kondisi serupa dialami Buanto, 50 tahun, 4 petak sawahnya hanya menghasilkan 4 sak gabah basah. Pada kondisi normal, sawahnya bisa menghasilkan 18 sak. “Beberapa petani bahkan harus menanggung hutang, karena hasil panen yang tidak mampu menutupi biaya produksi,” kata Buanto.
Ia mengaku belum mengetahui penyebab terjadinya penyusutan hasil produksi yang baru terjadi sejak enam tahun terakhir itu. Sejauh ini belum ada petugas penyuluh pertanian yang datang. Yang pasti, kata Buanto, pada awal usia tanam, tanaman padinya tumbuh normal. “Hanya ketika mulai berbuah, daun padi memutih. Petani menyebutnya ‘diserang uban,” katanya.
Kepala Bidang Produksi Pertanian Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangkalan, Geger Heri Susianto mengatakan sampai saat ini pihaknya belum menerima adanya laporan gagal panen di wilayahnya. Dia bahkan mengklaim terjadi surplus pada produksi tahun ini. Ia mencontohkan pada 2015 lalu produksi padi sebesar 317 ribu ton atau 6,3 ton gabah kering giling per hektare. Di atas produksi rata-rata Jatim yang hanya 6,1 ton perhektar. Bangkalan menyumbang 2,43 persen beras di jatim sebesar 13 juta ton lebih. “Dan tahun ini produksi kami yakini bertambah,” katanya.
Meskipun terjadi penurunan produksi di beberapa lokasi, namun hal itu diyakininya tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi secara keseluruhan di wilayahnya. “Kasus hama di satu areal, merupakan hal yang pasti terjadi. Tapi tidak sampai menyebabkan gagal panen. Hanya penurunan nilai produksi,” katanya. (ALMUSTOFA/MUJ//RAH)