PROBOLINGGO | koranmadura.com – Tim inspeksi mendadak (Sidak) gabungan dari Dinas Pertanian dan Kesehatan Hewan (Keswan) Kota Probolinggo, tidak menemukan daging yang tidak layak konsumsi.
Dipimpin langsung Walikota Hj. Rukmini dan Wakil Walikota HM. Suhadak langsung menyisir tempat jualan pedagang daging sapi, ayam dan ikan di Pasar Baru dan Wonoasih. Satu per satu, lapak jualan di datangi untuk diperiksa kandungan pH di dalam daging dengan mengunakan alat.
“Daging harus sehat, tidak gelonggongan, dan tidak busuk. Harga juga diharap stabil sampai hari raya,”ujar Walikota Hj.Rukmini, kepada pedagang daging sapi di Pasar Baru, Senin (27/6).
Walikota Hj. Rukmini mengatakan, di pasar Baru dan Wonoasih tidak menemukan daging gelonggongan ataupun busuk. Di Pasar Baru, harga daging berkisar antara Rp 100 sampai Rp 110 ribu per kilogram. Sedangkan di Pasar Wonoasih, dijual dengan harga Rp 100 ribu per kilogram.”Stok juga aman sampai hari raya,”tandasnya.
Disinggung tentang kondisi ini, orang nomor satu di Kota Probolinggo ini menyebut faktor proses produksi. “Pegawai yang nyembelih sapi banyak. Yang ngangkut juga banyak, meski harga sapi turun, daging tidak,”ucap Walikota Hj.Rukmini.
Bambang (45), salah satu penjual daging di Jalan Pahlawan, Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, mengatakan, sejak awal Ramadhan hingga H-9 lebaran, permintaan daging malah turun. “Sepi. Lebih ramai bulan sebelumnya,” katanya.
Dalam sehari dagangannya hanya menghabiskan 1,5 kwintal, atau setara dengan seekor sapi. “Kalau soal harga, tidak ada kenaikan,”sebut Bambang.
Kepala Pasar Hewan Probolinggo, Suryono, mengatakan, di tengah harga daging yang tak kunjung turun sesuai target pemerintah, harga sapi di Kota Probolinggo justru turun. Sapi yang semua seharga Rp 14 juta, turun menjadi Rp 12 juta. Yang semula seharga Rp 20 juta, turun antara Rp 7,5 juta sampai Rp 8 juta.
“Salah satu faktor turunnya harga sapi itu adalah pembeli yang minim. Kemungkinan juga sapi luar masuk. Sedangkan Jawa Timur, tidak mau sapi impor,”sebutnya.
Dia mengatakan, Jawa Timur merupakan pemasok utama kebutuhan sapi nasional. Sekitar 34 persen kebutuhan nasional, dipenuhi oleh Jatim. Sisanya, dipasok dari daerah lain, atau bahkan mendatangkan dari luar negeri.
“Jika sapi luar masuk, pedagang yang biasa membeli di Pasar Hewan Probolinggo, tidak datang ke Probolinggo. Sementara stok sapi lokal melimpah ruah setiap pasaran, yakni Sabtu sore. Akibatnya, harga turun. Kalau yang transaksi, tetap banyak. Tapi dari warga lokal, karena harga sapi murah,”tutur Suryanto.
Staf Keswan Bidang Peternakan, Dinas Pertanian, Kota Probolinggo, Sugeng, mengatakan, mengatakan petugas masih menoleransi kualitas daging meski kandungan airnya berlebih.
“Hasilnya, daging masih layak dikonsumsi, karena kandungan pH air di bawah 6. Namun tadi ada sedikit pedagang yang menjual di atas 6. Normalnya pH 5,4 sampai 5,8,”jelasnya.
Meski demikian, pihaknya meminta para pedagang untuk sering menganti celemek agar terlihat bersih, dan jangan untuk dipakai lap tangan. Bahkan meminta juga untuk menyediakan sendiri kondisi lap bersih, dan air cuci tangan.
Sidak untuk memastikan stok dan harga daging di dampingi Sekda Johny Haryanto, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Budi Krisyanto dan sejumlah Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD). Yakni, Dinas Kesehatan, Dinas Koperasi, Energi Mineral, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag), Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo), Dinas Perhubungan (Dishub), Satpol PP, beserta Kepala Pasar. (M. HISBULLAH HUDA)
