
PAMEKASAN | koranmadura.com – Kementerian Agama (Kemenag ) Pamekasan, Madura, memperoleh kabar menggembirakan dari Madinah. Jamah calon haji (JCH) asal Pamekasan, Ahmad Malik Tarsawi, 55, yang ditahan di Madinah selama lebih dua pekan, sudah bebas dan bisa menjalankan ibadah di tanah suci.
Kabar itu diterima Kasi Haji dan Umrah Kemenag Pamekasan, Afandi, pada Rabu (24/8) sekitar pukul 20.00 WIB. Kini seluruh JCH Pamekasan yang berjumlah 749 JCH tidak ada lagi yang mengalami kendala untuk menjalankan ibadah rukun Islam yang kelima itu.
Afandi mengatakan saat ini Ahmad Malik Tarsawi berada di wisma daerah kerja (Daker) Madinah. Sementara waktu yang bersangkutan akan melakukan serangkaian ibadah di Madinnah masih dalam beberapa hari ke depan.
Selanjutnya, warga Kecamatan Proppo itu rencananya akan diantarkan oleh petugas ke Hotel Darut Al Ashil di Mekkah, bergabung dengan JCH asal Pamekasan dari kelompok terbang (kloter) 3, agar bisa menjalankan ibadah sunnah dan wajib.
Menurutnya, Ahmad Malik Tarsawi bisa bebas hasil dari kerja semua pihak. Mulai dari tim Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi sampai konsuler di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah yang terus memberikan pendampingan.
“Kami senang mengetahui kabar JCH Pamekasan yang ditahan sudah bebas dan bisa melanjutkan ibadahnya. Kondisi yang bersangkutan sehat, sehingga bisa menjalankan ibadah di Madinah, sebelum diantarkan ke Mekkah,” kata Afandi.
Saat ini JCH Pamekasan yang berada di Mekkah dalam kondisi baik. Kendati ada sebagian yang sakit, mereka masih bisa ditangani petugas, karena hanya sakit biasa, seperti influenza dan demam. Itu terjadi akibat belum beradaptasi dengan cuaca di Mekkah.
Sementara itu melalui sambungan telepon, salah seorang JCH asal Pamekasan, Ghozi Mujtaba mengatakan secara umum pelayanan yang diperoleh JCH baik. Kendati demikian, terdapat pelayanan dikeluhkan JCH, seperti ketersediaan bus antar-jemput JCH dari hotel ke Masjid Haram, yang tidak memadai.
Dia menjelaskan warga Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan ini, JCH asal Indonesia kerapkali berdesak-desakan karena jumlah bus yang disediakan tidak sebanding dengan jumlah JCH yang harus dibawa, terutama pada waktu usai salat subuh dan setelah salat Isya. Akibatnya, banyak JCH memilih jalan kaki.
“Kalau pelayan lainnya bagus. Hanya bus gratis yang disediakan tidak memadai. Dari jumlah bus sekitar 80 hingga 100 unit yang disediakan harus membawa puluhan ribu jamaah. Makanya, jamaah yang tidak mau berdesakan memilih jalan kaki saja,” kata Ghosi dari Mekkah. (ALI SYAHRONI/RAH)