SUMENEP, koranmadura.com– Penemuan sejumlah benda asing yang jatuh dari angkasa di wilayah Giliraja dan sekitarnya beberapa waktu lalu bukan pertama kali di Indonesia. Kejadian tersebut ternyata sudah kali keempat.
Hasil penelitian awal Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) kemarin, empat benda asing yang jatuh di Sumenep besar kemungkinan adalah tabung pendingin roket (helium).
Roket yang dicurigai adalah Falvon Nine yang diluncurkan Amerika pada tanggal 14 Agustus 2016. Roket tersebut dipredikasi jatuh ke bumi tanggal 26 September 2016 atau bertepatan dengan hari ditemukannya sejumlah benda asing di Sumenep.
Benda-benda yang sempat menggegerkan warga itu sebenarnya sangat banyak di luar angkasa. Baik serpihan roket peluncur satelit maupun sisa-sisa satelit yang sudah tak terpakai. Istilahnya sampah antariksa.
Sampah antariksa tidak selama berada di luar angkasa. Akibat terjadi hambatan udara, benda-benda semacam itu lambat laut akan jatuh ke bumi.
Hanya saja, terkait waktu dan lokasi jatuhnya, menurut salah seorang peneliti dari Lapan, Rhorom Priyatikanto, belum ada metode yang bisa memprediksi.
Kendati demikian, kata alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, masyarakat tak perlu merasa khawatir. Sebab probabilitas jatuh ke wilayah padat penduduk sangat minim, tak sampai 30 persen.
Catatan Lapan, sudah tiga kali sampah antariksa jatuh di Indonesia. Kali pertama pecahan roket pernah ditemukan di Gurontalo pada tahun 1981 silam. Lapan kembali menemukan sampah antariksa tahun 1988 di Lampung.
Sebelum di Sumenep, pada tahu 2003, lalu sampah antariksa ditemukan di Bengkulu. “Jadi yang ditemukan di sini (Sumenep, red) sebenarnya sudah yang keempat kali,” kata Rhorom.
Sampah antariksa yang ditemukan di Sumenep 26 September 2016 lalu kemungkinan besar tak berbahaya. Menurutnya, roket saat ini sangat jarang yang menggunaka bahan yang mudah bereaksi (berbahaya, red).
“Sepertinya tidak bahaya, karena bukan bahan yang mengandung radioaktif. Tapi saya tidak bisa mengkonfirmasinya. Kebetulan tidak membawa alat. Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir, red) punya alatnya,” pungkas Rhorom. (FATHOL ALIF/RAH)
