SUMENEP, koranmadura.com – Keterbatasan alat transportasi dan alat tangkap yang digunakan oleh nalayan di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menjadi pemicu penjajahan laut oleh nelayan asing.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (KKP) Sumenep, Moh Jakfar mengatakan, perahu dan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Sumenep sangat terbatas, selain kecil alat tangkap yang digunakan memakai alat tradisonal. Sementara nelayan asing, mayoritas kapasitas perahu yang digunakan besar dan alat tangkapnya modern.
Kondisi tersebut menjadi faktor terjadinya distorsi sehingga menyebabka terjadinya konflik sosial. Karena dari segi peralatan dan kapasitas perahu terjadi ketimpangan. “Ini yang sering menjadi keluhan nelayan lokal,” katanya, Kamis, 13 Oktober 2016.
Guna menekan terjadinya konflik yang berkelanjutan itu, DKP mencoba mencari solusi dengan cara mengajukan bantuan kapal kepada Kementerian Perikanan dan Kelautan. Tahun ini DKP mengajukan sebanyak 15 unit, namun yang mendapat disposisi sebanyak 6 unit.
Kapasitas perahu itu bervariasi, mulai dari 30 GT, 20 GT, 10 GT, hingga yang berkapasitas di bawah 5 GT. Hanya saja, saat ini DKP merasa kesulitan karena calon penerima harus berbentuk koperasi nelayan.
Saat ini di Sumenep, koperasi nelayan sangat terbatas. Sehingga, menjadi salah satu penyebab terkendalanya penyaluran bantuan tersebut. “Saat ini yang semangat hanya ada dua, yakni Koperasi Nelayan di Pagerungan, Sapeken, dan Koperasi nelayan di Pakandangan, Pasongsongan,” jelasnya.
Menurut Jakfar, nantinya pemberian bantuan akan disesuaikan dengan kondisi geografis nelayan. Jika nelayan beroperasi di bawah 30 mil dari bibir pantai, maka akan diberikan bantuan perahu dengan kapasitas 20 GT.
Sementara bagi nelayan yang biasa beroperasi di atas 30 mil dari bibir pantai, akan diberikan babtuan perahu dengan kapasitas 30 GT. Bantuan tersebut dilengkapi dengan sejumlah alat tangkap ikan yang mamadai.
Diyakini, jika bantuan tersebut berjalan lancar, nelayan lokal tidak akan kalah saing dengan nelayan asing. Sehingga terjadinya konflik bisa ditekan.
“Ada dua jenis perahu yang bakal diberikan, perahu kayu dan perahu fiberglass. Jenis fiberglass untuk perahu di bawah 10 GT,” tegasnya. (JUNAIDI/MK)
