SUMENEP, koranmadura.com – Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, menyebut kebudayaan di kabupaten paling timur Pulau Madura ini sudah banyak yang tercampur dengan budaya-budaya luar daerah atau mengalami akulturasi.
Menurut politisi PKB yang menjabat Ketua DPRD Sumenep selama dua priode itu, kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di Sumenep, tapi juga terjadi di banyak daerah. “Budaya itu sudah banyak mengalami akulturasi dengan banyak hal. Tidak hanya di Sumenep. Tapi di mana-mana,” katanya, Rabu 2 November 2016.
Bupati tak menampik jika saat ini sulit mencari budaya asli Sumenep. Tidak perlu muluk-muluk, mencari rumah atau pakaian yang memang asli model Kota Sumekar ini sudah sulit. “Kita mau cari rumah model Sumenep itu bagaimana? Model baju Sumenep apa tidak ada pengaruh dari yang lain? Pastilah ada campur sari (tidak asli, red),” katanya.
Oleh sebab itu, upaya yang bisa dilakukan pihaknya ialah menjaga kebudayaan Sumenep yang masih ada. Hanya saja, dia tidak menjelaskan lebih lanjut budaya apa yang mesti dijaga itu.
Beberapa waktu lalu, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Mahasiswa Sumekar Raya (Mahasurya) menyayangkan karena sejauh ini Sumenep tidak memiliki icon budaya. Padahal usia Sumenep sudah mencapai 747 tahun dan baru saja diperingati. (FATHOL ALIF/RAH)
