SUMENEP, koranmadura.com – Persaingan harga jasa transportasi ke Gili Labak yang mulai kurang sehat selama beberapa hari terakhir berpotensi melahirkan konflik antar pengusaha perahu. Sehingga pemerintah perlu turun tangan.
Pulau Gili Labak merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Sumenep, tepatnya di Desa Kombang, Kecamatan Talango. Untuk sampai di pulau ini, pengunjung bisa melalui tiga jalur, yakni dari Pelabuhan Tanjung (Bluto), Pelabuhan Kalianget (Kalianget), dan Pelabuhan Kombang (Talango).
Data di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumenep, sekarang ada sekitar tiga puluh pengusaha perahu yang menyediakan jasa transportasi. Tiap pengusaha menyediakan perahu lebih dari satu. Sehingga ketika ditotal jumlahnya sangat banyak.
Jumlah yang cukup banyak itu menyebabkan adanya persaingan harga antar pengusaha. Harga standar awalnya disepakati Rp 75 hingga 80 ribu perorang. Namun belakangan harga tersebut mulai rusak. Ada pengusaha yang siap menyediakan jasa transportasi hanya dengan harga Rp 40-45 ribu. Karena mereka membutuhkan pasar.
“Kalau ini dibiarkan, akan banyak pengusaha perahu yang akan gulung tikar, yang pada akhirnya akan menimbulkan konflik,” kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumenep, Sofiyanto, Selasa 15 November 2016.
Baca: Tarif Perahu ke Gili Labak ‘Rusak’
Karenanya, menurut mantan Kabag Humas Pemkab Sumenep itu, pemerintah akan turun tangan. Dia mengaku, hari ini pihaknya telah mengumpulkan semua pihak terkait, mulai dari syahbandar, polairut, kecamatan, pengusaha perahu, biro perjalanan dan kepala desa setempat, salah satunya membicarakan persoalan harga tersebut.
“Suka tidak suka, nanti hasil dari pertemuan hari ini terkait dengan harga akan dibuatkan Perbup. Yang jelas dikisaran 75 sampai 80 ribu,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/RAH)
