SUMENEP, koranmadura.com – Aksi ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesa (PMII) Cabang Sumenep, Madura, Jawa Timur, bersama masyarakat di depan Kantor Pemkab, Kamis, 16 Maret 2017, berujung kecewa, karena massa aksi tidak ditemui oleh Bupati setempat.

Aksi demonstrasi itu bertujuan menolak penguasaan tanah secara besar-besaran oleh investor asing selama beberapa tahun terakhir di sejumlah daerah di Sumenep. Pasalnya, pembelian tanah secara masif untuk dijadikan lahan tambak udang dinilai akan berdampak buruk terhadap masyarakat, terutama di sekitar lokasi.
Berdasarkan siaran pers yang dibagi-bagikan massa aksi, salah satu dampak yang mulai dirasakan saat ini ialah berkurangnya ruang gerak masyarakat. Sebab sebagian akses jalan sudah tertutup oleh tembok pertambakan.
https://www.koranmadura.com/2017/03/16/salat-gaib-awali-aksi-solidaritas-untuk-keadilan-agraria/
Karena itu, Pemkab Sumenep diminta hadir memperjuangkan nasib rakyatnya dengan cara membuat regulasi yang tegas dalam melindungi tanah warga tanpa melanggar hukum atau peraturan di atasnya. Bukan justru tinggal diam dan mencari alasan pembenaran terhadap masifnya penguasaan tanah oleh investor asing.
Mahasiswa dan masyarakat dalam aksi tersebut juga menolak pengembangan pariwisata jika tak ramah agraria. “Artinya, pengembangan wisata ke depan juga tidak boleh sampai mengganggu kedaulatan rakyat terhadap tanahnya,” tegas Ketua PC PMII Sumenep, Alif Rofiq.
Selebihnya, Alif mengaku kecewa karena tak ditemui oleh Bupati Sumenep. Padahal ada banyak hal yang ingin disampaikan, baik oleh mahasiswa maupun masyarakat yang melakukan aksi kepada orang nomor satu di lingkungan Kabupaten Sumenep itu.
“Yang jelas kami sangat kecewa. Karena kami tahu sebenarnya Bupati sedang ada di Sumenep. Kami menyayangkan Bupati tidak mau menemui massa aksi,” ucapnya. (FATHOL ALIF/RAH)
