BANGKALAN – Saat ini, ada dua jalur yang bisa digunakan oleh pengguna jalan, baik kendaraan roda dua dan roda empat untuk melintas antara pulau Jawa dan Madura. Pelabuhan Kamal dan jembatan Suramadu merupakan dua jalur yang dapat digunakan pengendara. Akan tetapi, tidak seperti sebelum jembatan suramadu diresmikan, pelabuhan Kamal kini semakin sepi. Bahkan, pengelolaannya semakin mengalami kerugian.
Faktor yang paling dominan, kurangnya angka pengendara yang melintas melewati jalur tersebut. Banyak pengendara yang lebih suka melewati jalur akses Suramadu. Di samping lebih efisien, melewati jalur Suramadu tidak terlalu memakan waktu, karena bisa lebih cepat melewati jalur tersebut.
Kondisi yang demikian otomatis akan membuat kurangnya penghasilan dan pemakaian jasa pelabuhan Kamal. Sedangkan, pihak pengelola pelabuhan tidak bisa berbuat terlalu banyak karena dampak tersebut. Kerugian PT ASDP yang beroperasi di Pelabuhan Kamal tersebut mencapai 7 milyar. Angka tersebut untuk menutupi biaya operasional yang tidak sebanding dengan biaya pemasukan. Untungnya, perusahaan yang bergerak dalam pengangkat jasa tersebut masih menggunakan sistem subsidi silang dalam menutupi setiap kerugian.
“Memang saat ini, kendaraan yang melintas sangat minim. Dalam kurun waktu 3 bulan, kita hanya mengoperasikan hanya 4 buah kapal. Padahal, kalau sebelum beroperasinya Suramadu, puluhan kapal bisa diterjunkan,” kata Ach Chairil, Supervisor Pelabuhan Kamal, kemarin (21/5).
Selain itu, pengaruh yang cukup signifikan disebabkan perlintasan bus Bumel (kelas ekonomi) yang ditengarai beroperasi di luar trayek. Seperti halnya bus Akas yang sesuai trayek wajib menyebrang melalui jasa pelabuhan, kini sepertinya hanya bisa dihitung dengan jari. Bus tersebut melintas dari Pelabuhan Ujung menuju pelabuhan Kamal. Sebaliknya, bus yang melintas dari Pelabuhan Kamal ke Pelabuhan Ujung, hampir dipastikan sebagian yang kembali melewati jalur pelabuhan.
“Perkiraan ada 9 bus Akas yang melintas setiap hari. Pertanyaannya, kenapa bus tersebut tidak kembali ke Jawa? Kami menduga bus tersebut melewati jalur yang tidak semestinya,” terangnya.
Dari jumlah data terakhir, bus yang sudah sesuai trayek melintas melewati jalur pelabuhan sebanyak 187 sejak bulan Mei awal. Sedangkan 3 bulan lalu, penggunaan jasa pelabuhan, sebanyak 24 bus bumel melintas tiap hari.
Jika dibandingkan sebelum operasional Suramadu, bus umum yang melintas hampir 105 tiap hari, sedangkan untuk bus bumel atau bus penumpang antar kota dalam provinsi, 80 buah bus dipastikan melintas per harinya.
“Kalau semuanya masih beroperasi, sesuai prosedur, ya masih wajib masuk melewati jalur pelabuhan. Hal itu, sudah dilakukan MoU antara Dinas Perhubungan. Mana yang lewat pelabuhan dan lewat Suramadu,” ungkapnya.
Banyak hal yang menjadi pertimbangan pihak pengelola dengan sepinya kondisi di pelabuhan Kamal. Lanjut Chairil, kalau jalur Kamal ini mati, kondisi kerawanan di sepanjang jalan akses itu bakalan meningkat. Selain itu, jika kendaraan jalur pelabuhan ke Kamal terus saja sepi, perekonomian rakyat kecil di daerah tersebut akan semakin berkurang.
“Sekarang kondisi pedagang di sekitar areal pelabuhan sudah sangat sedikit. Pedagang kecil tak bisa terlalu beharap penghasilan lebih. Terutama, pedagang eceran yang biasa menjual barang dagangannya di dalam bus. Setidaknya, kami berharap untuk bumel tetap melewati kapal, sesuai trayek yang telah ditetapkan,” harapnya.
Chairil menjelaskan istilah tol sendiri, dirinya masih belum terlalu paham. Kalau dinamakan tol yang jelas tidak boleh ada sepeda motor yang melintas. Kalau dalam aturannya disebutkan jembatan, yang jelas tidak ada biaya karcis dalam tarifnya.
Sementara itu, Supervisor Pelabuhan Ujung Surabaya, Dodot setyo B berpendapat, kalau melihat variable cost, dirinya menilai tidak jauh berbeda, justru cenderung sama. Bahkan itu akan lebih menghemat bahan bakar minyak, dan tidak kalah penting ada waktu istirahat.
Mengenai tarif bus, biaya karcis menggunakan jasa pelabuhan hanya ditarik Rp 50 ribu. Selain itu, pengelola pelabuhan juga melakukan diskon. Misalnya penumpang bus berisi penuh sebanyak 60 orang, malah dihitung 25 orang. Kalau kurang dari 25 dihitung di bawah jumlah tersebut. (ori/rah)