SUMENEP, koranmadura.com – Semangat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Jawa Timur, menjadikan Bandar Udara (Bandara) Trunojoyo sebagai bandara komersil sulit tercapai tahun ini. Hingga akhir Maret 2017, banyak hambatan yang harus diselesaikan dan membutuhkan waktu lama.
Sebelumnya, Pemkab Sumenep menargetkan awal 2017 bandara satu-satunya di Pulau Madura ini menjadi bandara komersil yang bisa disinggahi pesawat dengan kapasitas di atas 50 penumpang.
Salah satu hambatan yang memerlukan penyelesaian dalam waktu dekat adalah pemangkasan gedung lantai dua SMA PGRI yang menjadi obstacle penerbangan pesawat di Bandara Trunojoyo.
“Tahun lalu memang pernah dianggarkan namun tidak terpakai, nah tahun ini tidak ada anggaran untuk pemangkasan,” kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Sumenep, Sustono, Jum’at, 31 Maret 2017.
Bangunan SMA PGRI Sumenep lantai dua menjadi penghambat karena jaraknya tinggal sekitar 230 meter dari ujung landasan pacu pesawat. Sehingga keberadaan gedung sekolah tersebut harus dipindah lokasinya.
Sesuai estimasi kebutuhan untuk pemangkasan lantai dua gedung SMA PGRI itu sekitar Rp 150-200 juta. Besaran kebutuhan nanti akan diusulkan pada pembahasan perubahan APBD tahun 2017.
Sementara untuk pemindahan gedung sekolah ditaksir membutuhkan anggaran maksimal hingga Rp 4,9 miliar. Anggaran itu dipergunakan untuk pengadaan lahan, pembangunan gedung dan pengadaan tumbuh-tumbuhan.
Selain itu, hingga saat ini belum satupun maskapai yang siap beroperasi meskipum pemerintah pusat telah melakukan lobi-lobi dengan maskapai. Saat ini terdapat tiga maskapai yang i sedang digodok, yakni Wings Air, Garuda, dan Castar. “Dirjen Perhubungan Udara masih melakukan pendekayan,” jelasnya.
Sejak tahun 2010 Bandara Trunojoyo menjadi lokasi latihan terbang pesawat oleh siswa sejumlah sekolah penerbang, kemudian pada 2015 hingga sekarang, Bandara Trunojoyo menjadi bagian dari jalur penerbangan perintis. (JUNAIDI/MK).
