SUMENEP- Puluhan hektar sawah tanaman padi di Desa Pabian Kecamatan Kota Sumenep, kembali terserang hama wereng. Menurut warga, meluasnya hama tersebut akibat datangnya musim pancaroba dari musim hujan menuju musim kemarau.
Amiruddin, warga setempat, mengatakan, sejumlah petani mulai khawatir dengan meluasnya serangan hama wereng tersebut. Menurutnya, masuknya musim pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau sangat mempengaruhi meluasnya hama wereng. “Tidak setiap pacaroba ada hama wereng ini, tapi kami khawatir ini akan meluas,” tuturnya, Selasa (4/6).
Seminggu terakhir, serangan hama ini semakin mengkhawatirkan. Para petani, menurutnya, lebih mengintensifkan pengawasan di lahannya masing-masing dengan memberinya pestisida. Dia berharap pemerintah juga dapat memantau lahan pertanian ditempatnya, karena dikhawatirkan meluas dan akan berakibat kepada gagalnya musim panen.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Bambang Heriyanto menjelaskan, bahwa pihaknya sudah memiliki petugas pengendalian hama terpadu. “Petani yang lahannya digrogoti hama harusnya segera melaporkan, agar langsung ditangani,” tuturnya.
Ia menyarankan kepada para pemilik lahan untuk tidak sungkan-sungkan melaporkan kejadian apapun yang menyangkut pertanian. Pihaknya tidak akan tinggal diam untuk membantu para petani, baik karena gagal panen maupun gagal tanam yang disebabkan oleh hama, ulat gerayak maupun karena genangan banjir. “Kami memiliki obat penangkalnya. Siapapun petani yang membutuhkan tinggal melaporkannya saja,” terangnya.
Yang terjadi selama ini, katanya, pihaknya seringkali menerima laporan dari petugas PHP di lapangan jika ada serangan hama. Untuk kasus di Desa Pabian, pihaknya sama sekali belum menerima laporan jika ada hama wereng yang telah menggerogoti lahannya. Selain itu, setelah pihaknya menerima laporan dan secara prosedural sambil dilaporkan ke Dinas Pertanian Provensi agar mendapatkan bantuan kerugian. Pihaknya juga akan turun ke lapangan melakukan pemeriksaan dini sekaligus upaya pencegahan.
Sementara itu, Kepala Badan Metereologi dan Geofisika Djoko Sulistiyono mengungkapkan, tahapan pancaroba dari musim penghujan kepada musim kemarau harus diwaspadai oleh semua masyarakat, tidak terkecuali petani. Cuaca yang ekstrem dan curuh hujan yang masih tinggi dalam sepekan terakhir bukan karena masa penghujan yang akan bertambah panjang. Akan tetapi hal tersebut, sudah memasuki masa pancaroba.
Pada masa pancaroba, menurutnya, tidak mesti selalu membawa bahaya yang dapat merugikan masyarakat. Hanya saja, meningkatnya cuaca ektrem dan hujan belakangan, diakibatkan karena cyclon tropis berada di selatan laut Jawa. Cyclon tropis itu yang telah memicu terjadinya cuaca buruk dan angin kencang. Sehingga perubahannya sangat terasa oleh masyarakat, terutama para petani yang kebanyakan gagal panen.
Sedangkan perhitungan BMG, untuk curah hujan yang terjadi dalam sepekan jumlahnya kurang dari 50 mm perdasarian dan suhu masih normal, antara 31 dan 32 derajat celsius (0C). (athink/mk)