JAKARTA, koranmadura.com – Awalnya ada di kubu oposisi, PAN lalu bergabung merapat ke koalisi pendukung pemerintah. Meski hati PAN seperti tertinggal, lebih sering sependapat dengan oposisi. Lalu siapa yang akan dipilih PAN pada pilpres nanti?
Waketum PAN, Hanafi Rais, menyebut peta politik Pilpres 2019 tak dapat hanya didasarkan dari sikap PAN yang berbeda dalam pembahasan UU Pemilu pada Kamis (20/7) lalu. PAN, masih kata Hanafi, juga belum tentu kembali ikut Gerindra mengusung Prabowo di Pilpres 2019 mendatang.
“Kita sangat paham politik ini seperti cuaca, sepertinya mendung tapi enggak hujan, kelihatannya panas ternyata hujan. Dan ini hitungannya masih 2 tahun, jadi tidak ada jaminan juga 20 persen yang diasumsikan oleh koalisi pemerintah ini akan mencalonkan kandidat yang sama,” ujar Hanafi di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (24/7/2017).
Hanafi menyebut arah politik dalam 2 tahun mendatang masih akan sangat dinamis. Semua pihak, baik partai oposisi maupun partai yang mendukung Jokowi di 2019 dimintanya untuk tak terlalu pede karena telah mengantongi tiket Pilpres 2019.
“Itu tadi, politik itu dinamis. Kita tidak bisa mengunci diri sendiri dari sekarang dan saya pikir tiap kandidat akan melihat perkembangan,” sebut dia.
Soal sering beda sikap dengan partai pendukung Jokowi-JK dalam pembahasan isu-isu krusial, Hanafi menyebut PAN mengedepankan kepentingan rakyat. Hanafi mengatakan komitmen Jokowi dan PAN dalam membentuk koalisi sejak awal ialah demi rakyat, bukan yang lain.
“Kita ini mendukung pemerintah selama ada saling pengertian antara sesama pendukung pemerintah ini dan juga relnya untuk rel kepentingan rakyat. Sejak awal kita berkomitmen untuk itu,” cetus Hanafi.
(detik.com)