PAMEKASAN – Komisi B DPRD Pamekasan mengajukan permohonan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI agar bantuan program usaha rakyat (pugar) tidak hanya digunakan untuk membuat kincir angin dan perbaikan tanggul tambak garam. Namun pugar lebih dimanfaatkan untuk peningkatan produksi dan kualitas garam.
Ketua Komisi B, Hosnan Ahmadi mengatakan dalam upaya peningkatan produksi dan kualitas garam ini, pemerintah seharusnya bisa memfasilitasi untuk penyediaan pendederan, untuk disalurkan kepada masing-masing petani garam.
Bentuk penyediaan air garam itu bisa dengan membuat tanggul sebagai tempat penampungan air yang sudah siap untuk dibuat garam. Dengan demikian petani tidak terlalu lama menunggu waktu masa panen di tambaknya masing-masing.
“Kami sudah menindaklanjuti ke pemangku kebijakan di Jakarta, agar pemanfaatan pugar ini bisa disalurkan untuk peningkatan produksi dan kualitas garam. Kalau penyediaan air tua garam ini bisa didanai, saya pikir produksi garam akan meningkat,” katanya, Senin (1/7).
Dia jelaskan progran pugar saat ini sudah cukup bagus dan membantu petani garam untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya. Namun, hal itu akan semakin bagus dan menguntungkan petani apabila program penuaan garam itu bisa terealisasi. Oleh karena, ia berharap agar Kementerian Kelauatan dan Perikanan RI bisa merealisasikan masukan tersebut.
Sementara itu, mayoritas petani garam di beberapa kecamatan penghasil garam di Pamekasan sampai saat ini masih ragu untuk melakukan pendederan, akibat musim hujan yang berkepanjangan. Namun demikian, sebagian dari mereka sudah mulai menggarap lahan garam dengan melakukan pemadatan tanah dan pengeringan lahan.
Salah seorang petani garam asal Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, Kadir mengaku resah dan khawatir tidak bisa memproduksi garam. Padahal pertanian garam ini menjadi sumber mata pencaharian untuk menafkahi keluarga.
Menurutnya, pada akhir Juni tahun lalu, petani garam sudah mulai panen garam, namun pada tahun ini justru sebaliknya. Bahkan sampai saat ini, tak satu pun petani garam yang melakukan pendederan akibat curah hujan yang masih relatif tinggi.
Para petani garam kini mulai menjual sisa hasil produksi tahun lalu yang diperkirakan mencapai 30 persen dari hasil produksi waktu itu. Harga jual garam relatif meningkat dari musim tahun lalu. Yaitu, harga garam kw-1 sebesar Rp 500 ribu per ton, kw-2 sebesar Rp 425 ribu per ton, dan kw-3 Rp 350 ribu per ton.
Standart harga ini jika dijual di pabrik lokal Madura. Sedangkan jika dikirim ke luar Madura seperti Surabaya, Madiun, dan Ponorogo bisa lebih mahal Rp 200 ribu per ton. Namun, harga itu belum termasuk ongkos kirim dan zak bungkus garam. (uzi/muj/rah)