JAKARTA, koranmadura.com – Manajemen WhatsApp mengaku terkejut dengan serangkaian pembunuhan di India, yang terjadi setelah dipicu kabar bohong atau hoax soal penculikan, pencurian dan pelecehan seksual tersebar melalui platform pengirim pesan ini.
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu, 4 Juli 2018, manajemen WhatsApp mengatakan pihaknya meminta maaf karena berita palsu menyebar melalui platformnya dan berjanji untuk meningkatkan keamanan.
Media lokal melaporkan lebih dari 20 orang tewas di India dalam dua bulan terakhir setelah berita menyebar melalui aplikasi pengirim pesan itu. Serangan itu biasanya menargetkan orang luar.
Insiden itu mendapat perhatian dari pemerintah yang menganggap aplikasi itu tidak bertanggung jawab.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Elektronik dan Teknologi Informasi India pada 2 Juli 2018 menyatakan, “protes mendalam” kepada WhatsApp atas “pesan tidak bertanggung jawab dan memicu kekacauan.”
“Pemerintah juga telah dengan jelas menyatakan WhatsApp harus segera mengambil tindakan untuk mengakhiri ancaman ini,” begitu bunyi pernyataan dari kementerian seperti dilansir Times Of India pada Rabu, 4 Juli 2018.
Dalam sebuah surat kepada pemerintah India tertanggal 4 Juli 2018, manajemen WhatsApp mengatakan sangat mengkhawatirkan keamanan rakyat dan mengambil langkah mencegah penyebaran berita palsu dan penipuan.
“Kami terkejut oleh kekerasan dan akan segera bertindak atas masalah ini,” kata perwakilan WhatsApp.
Perusahaan mengatakan tengah bekerja sama dengan peneliti India untuk memahami lebih jelas masalah dan untuk memperkenalkan perubahan untuk mengurangi penyebaran pesan yang tidak diinginkan.
Media NDTV melansir manajemen WhatsApp menyiapkan dua opsi untuk menangani penyebaran berita palsu itu. Pertama, manajemen memberi kontrol dan akses informasi kepada para pengguna.
Kedua, manajemen bersedia bekerja secara proaktif bersama pemerintah dan komponen masyarakat madani untuk mencegah penyebaran berita bohong oleh oknum.
Sebagai contoh, WhatsApp, yang sahamnya dimiliki Facebook, bekerja sama dengan lembaga Verificado untuk memverifikasi informasi terkait pemilu Meksiko. Pengguna menyebarkan informasi ke akun Verificado untuk mengetahui apakah sebuah informasi itu benar atau tidak. Hal serupa bisa diterapkan di India dan negara lain. (tempo.co/SOE/VEM)