SUMENEP – Terdapat 53 siswa sekolah dasar (SD) di Sumenep yang mengikuti ujian nasional (UN) di rumah warga, Senin (6/5), karena sekolahnya disegel warga pemilik lahan. 53 Siswa tersebut tersebar di SDN Ketupat Kecamatan Raas 30 siswa dan SDN Duko 3 Kecamatan Arjasa 23 siswa.
Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep Fajar Santoso mengatakan, UPT pendidikan bersama perwakilan guru sebenarnya sudah melakukan pendekatan agar segel sekolah di buka sehingga tidak menganggu ketenangan dan kenyamanan siswa saat pelaksanaan UN. Namun permintaan itu tidak dihiraukan, sehingga sejak Minggu pihaknya mencari tempat alternatf.
“Kami sudah komunikasi agat sekolahnya di buka, namun komunikasi kita gagal, bahkan kemarin sempat mengeluarkan bangku. Jadi terpaksa kami tempatkan di rumah warga,” ujarnya, Senin (6/5).
Dia menegaskan, pemerintah bukan ingkar janji untuk memberikan ganti rugi terhadap sejumlah lahan yang disengketakan warga, Cuma harganya tidak realistis sesuai dengan nilai jual objek pajak (NJOP). Rata-rata pemilik lahan mengajukan harga hingga mencapai Rp 300 ribu permeter.
“NJOP-nya seharusnya maksimal Rp 31.000/meter, namun mereka meminta terlalu tinggi, sehingga sangat memberatkan, karena pemerintah walaupun memberi ganti rugi tapi harus ada standar harganya.”
Sementara dua siswa SD di Kabupaten Sumenep terpaksa mengerjakan ujian nasional hari pertama di Rumah Sakit Daerah dr. H. Moh. Anwar Sumenep, karena terserang demam berdarah.
Dua siswa tersebut yakni Rulai Amanda, siswa SDN Kebun Agung, dirawat di zal internal, dan Septi Dwiantrana, siswa Madrasah Ibtidaiyah Almanar, Kecamatan Lenteng, dirawat di Graha Rawat Inap Utama (GRIU) RSD Sumenep.
Ayah Septi, Idrit Suryadi, Senin (6/5) menuturkan, anaknya terserang demam berdarah. Sebelum dirawat di RSD, Septi sempat dirawat di Puskesmas Lenteng selama 3 hari. “Karena kondisinya tak kunjung membaik, maka anak saya dirawat di rumah sakit daerah. Sudah dua hari disini,” katanya.
Idrit memaparkan, kondisi anaknya masih sangat lemah, sehingga tidak mungkin dipaksa untuk mengikuti UNs di sekolah. “Anak saya masih lemes. Untuk duduk saja masih harus dibantu, karena masih belum kuat, ujarnya.
Karena itu, lanjut Idrit, anaknya mengerjakan UN di rumah sakit, didampingi guru dan pengawas. Jadi soal UN dibacakan, anak saya menjawab, kemudian mengisi lembar jawabannya dibantu. Karena anak saya pegang pensil susah, kan tangannya diinfus,” terangnya.
Berdasarkan data di Dinas Pendidikan, peserta ujian nasional SD sederajat sebanyak 17.744 siswa yang tersebar di 1.162 sekolah penyelenggara. Terdiri dari 11.117 siswa SD, 6. 625 siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan siswa SDLB 2 orang. Sesuai jadwal, Unas SD berlangsung selama tiga hari Mulai Senin (06/05/13), hingga Rabu (08/05/2013). (sai/mk)