JAKARTA-Badan Anggaran (Banggar) DPR akhirnya memutuskan target inflasi 2013 sebesar 7,2 persen atau sesuai dengan usulan pemerintah di RAPBN-P 2013. Namun, persetujuan ini masih menyisakan sejumlah catatan dari tiga fraksi di DPR.
“Kami memutuskan, angka inflasi sebesar 7,2 persen yang disepakati oleh enam fraksi. Sementara, Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi PKS dan Fraksi Gerindra belum menyepakati dan masih akan melakukan pembahasan inflasi ini di Rapat Panja (Panitia Kerja) DPR,” kata Ketua Banggar DPR, Ahmadi Noor Supit saat memimpin rapat yang membahas RAPBN-P 2013 di Gedung Parlemen Jakarta, Selasa (4/6).
Pada pembahasan asumsi inflasi tersebut, Anggota Banggar DPR, Dolfie OF Palit mengaku akan menyetujui angka inflasi 2013 sebesar 7,2 persen, asalkan pemerintah menyebutkan komponen-komponen yang bisa memicu kenaikan inflasi. “Kami meminta komponen-komponen dari inflasi,” ujar Dolfie.
Namun, pemerintah yang diwakili Menteri Keuangan, Chatib Basri dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas itu enggan menyebutkan komponen tersebut. Hanya saja, Chatib menyebutkan bahwa produk pangan yang memberi kontribusi terbesar pada inflasi ada pada beras, daging sapi, bawang putih, bawang merah, daging ayam dan kelapa.
Keinginan Dolfie untuk mengetahui komponen-komponen inflasi tersebut, tidak terlepas dari keinginan PDI Perjuangan untuk mengetahui masing-masing tugas pengendalian inflasi IHK dan inflasi inti yang mesti dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia.
Seperti diketahui, pada Rapat Kerja Komisi XI DPR menetapkan target inflasi 2013 di kisaran 6 persen hingga 7,2 persen.
Meski demikian, Rapat Banggar DPR akhirnya memutuskan penetapan target inflasi sebesar 7,2 persen dengan catatan dari PDI Perjuangan, PKS dan Gerindra bahwa target inflasi ini masih harus dibahas di Panja DPR. Selanjutnya, diputuskan secara bulat di Rapat Paripurna yang telah diagendakan berlangsung pada 17 Juni 2013.
Sebelumnya di tempat yang sama, Rapat Banggar DPR juga memutuskan target pertumbuhan ekonomi 2013 sebesar 6,3 persen yang juga menyisakan catatan dari ketiga fraksi tersebut. “Kami memutuskan untuk menetapkan angka pertumbuhan ekonomi 2013 sebesar 6,3 persen, dengan sejumlah catatan yang diajukan sejumlah fraksi,” kata Ahmadi.
Dengan demikian, asumsi dasar makro ekonomi pada RAPBN-P 2013 menetapkan, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen, inflasi 7,2 persen, Indonesia Crude Price senilai USD108/barel, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di angka 9.600, lifting minyak 840 ribu barel/hari dan lifting gas 1.240 ribu barel/hari setara minyak. (gam/bud)