SURABAYA – Pengurus Wilayah Nahdlotul Ulama (PWNU) Jawa Timur menyesalkan sikap Badan Otonomi Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) yang terlalu masuk dalam pusaran Pemilukada Jatim.
Penilaian tersebut setelah massa Muslimat NU berunjukrasa ke kantor KPU Jatim berturut-turut, guna memberikan dukungan moral kepada Ketua Umum PP Muslimat Khofifah Indar Parawansa jelang rapat pleno penetapan pasangan calon gubernur beberapa waktu lalu.
“Rupanya Banom-Banomnya NU sudah banyak yang memposisikan (diri-red) sebagai parpol secara vulgar,” kata Rois Syuriah PWNU Jatim, KH Miftahul Achyar, Selasa (16/7).
Padahal, kata Miftah, terdapat banyak tugas strategis, seperti amar makruf nahi munkar yang simpatik yang seharusnya lebih diprioritaskan. “Kami imbau pada elit-elit tokoh di balik layar agar bisa mengendalikan,” serunya.
Ia tidak menampik, bahwa NU sebenarnya tidak alergi terhadap setiap gerakan politik dalam rangka menuju Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur. “Tapi modelnya bagaimana, Tidak lain semua komponen Aswaja harus duduk bersama dengan sabar,” tandasnya.
Seperti diketahui, massa Muslimat NU selain berorasi juga menggelar istighasah mendoakan agar pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman S Sumawiredja (Berkah) diloloskan menjadi salah satu pasangan calon peserta pada Pilgub Jatim 29 Agustus mendatang.
Pernyataan keprihatinan yang sama disampaikan Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur, KH M Hasan Mutawakkil Alallah. Dia mengaku prihatin atas aksi Muslimat NU. Menurutnya, aksi dukung-mendukung yang dilakukan Muslimat NU itu sudah terlalu jauh memasuki wilayah politik praktis dan hal itu melanggar khittah NU.
“Itu (aksi dukung-mendukung) boleh, tapi jangan sampai membawa nama NU secara organisasi,” kata Mutawakkil.
Ia menegaskan, secara organisasi, NU telah menginstruksikan warga nahdliyin untuk bersikap netral dengan tidak mendukung salah satu calon. (ara)