JAKARTA-Kehadiran artis dipanggung politik nasional ternyata tidak lebih sebagai penghibur ditengah hiruk politik nasional. Masyarakat tidak lagi meminati calon anggota legislatif dari kalangan selebritis. Pasalnya, artis yang terjun ke dunia politik harus terlebih dulu belajar dan meningkatkan kinerja politiknya.
Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda mengatakan, sebanyak 16,60 persen publik tidak berminat memilih caleg berlatar belakang artis. “Hanya sebanyak 16,8 persen masyarakat yang berminat dengan caleg berlatar belakang artis yang cenderung populer dari latar belakang lainnya,” ujar Hanta dalam jumpa pers di Hotel Ibis, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta, Minggu (26/1).
Diketahui, Pemilu 2014 ini cukup banyak artis yang ikut bertarung memperebutkan kursi anggota dewan. Sebut saja foto model Arzeti Bilbina, penyanyi Tia AFI, dan Iyeth Bustami yang maju lewat Partai Kebangkitan Bangsa, Desy Ratnasari maju dari Partai Amanat Nasional, Bella Saphira dari Partai Gerindra, Agel Lelga dari Partai Persatuan Pembangunan, dan sejumlah artis cantik lain seperti Lyra Virna, Emilia Contesa, dan Destiara Talita.
Menurutnya, masyarakat cenderung memilih caleg yang memiliki latar belakang sebagai politisi atau pengusaha. Hal itu terlihat dari hasil survei yang didapat sebanyak 50,9 persen. “Itu lebih banyak dibandingkan latar belakang caleg sebagai pemimpin baru dan muda yang hanya sebesar 48,3 persen,” kata Hanta.
Masyarakat yang mempertimbangkan figur caleg dalam menentukan pilihannya sebanyak 69,22 persen. Sementara, memilih caleg berdasarkan parpolnya sebanyak 13,26 persen.
Sementara itu, Pemilu 2014 mendatang suara Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera dipastikan merosot tajam. Kasus hukum yang membelit politisi dua parpol ini menjadi sorotan publik.
Kasus hukum menjadi alasan utama publik tidak memilih dua partai itu. “44,75 persen publik menyatakan alasan tersebut bagi Demokrat, dan 25,28 persen bagi PKS,” ujarnya.
Di sisi lain, untuk mendongkrak elektabilitas, Demokrat maupun PKS juga tidak memiliki figur kuat seperti Prabowo Subianto di Partai Gerindra atau Joko Widodo di PDI Perjuangan.
Sebanyak 6,79 persen publik menyatakan Partai Demokrat tidak memiliki visi misi dan program kerja yang baik. Sedangkan 6,45 persen publik menyatakan demikian untuk PKS. “Kasus korupsi dan tidak adanya tokoh adalah faktor terbesar yang menyebabkan publik tidak memilih PKS dan Demokrat,” jelas Hanta.