JAKARTA – Demokrasi Indonesia dinilai paling mahal. Pasalnya, untuk bisa terpilih menjadi anggota legislatif, para calon harus merogoh kocek hingga miliaran rupiah. Penilaian itu disampaikan calon anggota legislatif dari Partai Gerindra, Aryo Djojohadikusumo di Jakarta, Minggu (26/1).
Dia membuka rahasia bahwa dirinya mengeluarkan Rp 6 miliar hanya untuk mendapatkan 210.000 suara untuk melenggang ke DPR pada pemilu legislatif 5 April mendatang. “Di dunia ini tidak ada demokrasi yang murah. Saya akan terbuka kepada kalian semua, biaya kampanye yang saya keluarkan minimal Rp 6 miliar,” kata Aryo.
Anggaran tersebut, kata Aryo, digunakan untuk memperoleh dukungan minimal 210.000 suara dari daerah konstituennya, yaitu Daerah Pemilihan DKI Jakarta III. Ia menambahkan, setidaknya diperlukan 210.000 kaos, topi, kartu nama dan stiker sebagai media sosialisasi visi misinya. “Kebetulan saya punya kenalan, karena pesannya banyak, jadi bisa dapat diskon untuk hemat,” katanya.
Di samping itu, ia mengaku, memiliki tim khusus yang bertugas untuk menyosialisasikan visi dan misinya. Tim khusus tersebut diisi oleh 150 orang dari berbagai kalangan baik yang bekerja di sekitarnya secara langsung maupun yang terjun ke lapangan. Tim tersebut telah bekerja sejak tahap awal Pemilu 2014 dilaksanakan. “Setiap bulan untuk menggaji mereka diperlukan minimal Rp 100 juta. Itu saja tidak semuanya digaji,” katanya.
Selain anggaran untuk sosialisasi, ia menambahkan, setiap hari ia harus mengeluarkan uang Rp 5 juta untuk biaya operasional 8 mobil ambulans miliknya. Mobil tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan layanan ambulans gratis bagi masyarakat.