Oleh : MH. Said Abdullah
Sesaat penegasan Ibu Megawati mencalonkan Jokowi sebagai Calon Presiden dari PDIP, saya menerima sebuah pesan BBM agak panjang, dari seorang anggota DPR. “Ibu Megawati dengan jiwa besar memberikan mandat kepada kadernya sebagai Capres disaat dirinya punya hak prerogratif serta pemimpin-pemimpin partai politik lain mati-matian mengerek dirinya sendiri,” kata kawan, yang kebetulan dari partai lain itu.
Saya sempat tercenung sejenak dan terharu membaca pesan BBM itu. Menyelinap kebanggaan luar biasa pada sosok Ibu Megawati. Di saat aroma ambisi menjadi orang nomor satu di republik ini mengemuka deras Ibu Megawati secara arif dan bijaksana justru memberikan kesempatan kepada salah satu kadernya untuk maju sebagai Calon Presiden. Beliau memilih tidak berada dalam barisan mereka yang begitu bernafsu mengedepankan ego diri. Sangat terasa Ibu Megawati hanya berpikir tentang kepentingan besar, kepentingan bangsa ini.
Sebagai Ketua Umum PDIP, Ibu Megawati memiliki hak penuh untuk menentukan siapa yang akan dicalonkan menjadi Capres. Ia secara riil politik merupakan sosok yang paling berpeluang dan sudah pasti akan mendapat dukungan dari seluruh kader PDIP jika misalnya maju menjadi Capres. Tapi beliau lebih berpikir kepentingan bangsa Indonesia ke depan; lebih menyelami suara rakyat Indonesia.
Secara faktual pencalonan Jokowi juga menegaskan bahwa sekalipun kharisma dan pengaruh Ibu Megawati sulit dibantah namun sama sekali tak terlihat PDIP sebagai partai keluarga. PDIP bahkan dengan tampilnya Jokowi sebagai Capres yang bukan Ketua Umum, memperlihatkan kepada seluruh rakyat dan dunia bahwa PDIP merupakan partai modern. Ada pembidangan antara tugas kenegaraan dan organisasi sehingga para kader PDIP yang mendapat kepercayaan rakyat dapat mengabdi sepenuhnya kepada kepentingan rakyat dan negeri ini.
Lalu mesin organisasi, karena ada pembidangan yang jelas peran partai politik sebagai dapur kederisasi anak-anak bangsa dapat berjalan optimal. Partai dapat sepenuhnya mempersiapkan kader-kader pemimpin yang akan mengabdi pada bangsa dan negeri ini. “Sepuluh tahun Ibu Megawati memilih berada di luar kekuasaan, PDIP mampu melahirkan pemimpin-pemimpin nasional dan daerah yang hebat,” tegas kawan saya, yang tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya itu.
Fenomena kegairahan masyarakat dalam memberikan dukungan pada PDIP belakangan ini, merupakan bentuk peningkatan kepercayaan masyarakat pada PDIP. Bahwa kader-kader PDIP yang duduk di legislatif maupun eksekutif terbukti sungguh-sungguh bekerja untuk kepentingan rakyat. Mereka memang lahir dari rahim PDIP namun ketika terpilih sepenuhnya kemudian mengabdi bagi kepentingan rakyat.
Begitulah seharusnya tatanan kehidupan politik dibangun di negeri ini. Kader partai yang terpilih sebagai Bupati, Walikota, Gubernur dan bahkan Presiden, sepenuhnya mengurus rakyat yang memilihnya. Bisa dipahami bila sesekali mengurus partai yang melahirkannya, tapi tidak lebih banyak atau menyita sebagian besar waktunya mengurus kepentingan partai ketimbang rakyat yang telah memilihnya.
Seperti pesan BBM kawan saya, dari pencalonan Jokowi sebagai Capres, “Bangsa ini belajar banyak dari tindakan Ibu Megawati.”