JAKARTA-Direktur Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi memastikan, hasil quick count atau perhitungan cepat itu tidak dapat dimanipulasi. Pasalnya, roh dari quick count untuk mengawal dan mengontrol kecurangan. “Misi suci quick count itu diadakan para peneliti untuk alat kontrol dan mendekteksi kecurangan, sedangkan bonusnya adalah bisa memprediksi siapa pemenang lebih cepat,” kata Burhanuddin dalam diskusi bertajuk ‘Quick Count, Etika Lembaga Riset, dan Tanggung Jawab Ilmuwan’ di Universitas Pramadina, Jakarta Selatan, Kamis (17/7).
Proses penghitungan manual suara di Indonesia dilakukan berjenjang, mulai tingkat tempat pemungutan suara, kelurahan/desa, kecamatan, kotamadya/kabupaten, hingga provinsi dan pusat. “Nah di sini banyak yang bermain, semakin tinggi semakin besar potensi kecurangan karena banyak tangan yang terlibat,” ujar Burhanuddin.
Karena itu, kata Burhanuddin, sebagai peneliti akan bertanggungjawab dengan dibuktikan hadir ketika dipanggil oleh Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi). “Kalau dipanggil Dewan Etik saya datang. Saya berikan bukti-bukti, semua saya serahkan kepada Dewan Etik Persepi. Saya gak pernah ngumpet,” jelas dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, itu.
Soal hasil hitung cepat yang memenangkan capres-cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla sebesar 52,95 persen suara, sementara Prabowo-Hatta hanya mendapat 47,05 persen, Burhanuddin bergeming. Burhan tak perduli jika di-bully atau sekalipun dituduh pro-Jokowi. “Terserah, saya mau di-bully, mau dituduh pro-Jokowi atau apapun. Tapi saya tekankan, saya sebagai peneliti mengungkapkan kebenaran. Jika memang Prabowo yang menang, akan saya katakan yang menang Prabowo,” kata Burhanuddin.
Pernyataan senada disampaikan peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby.
Menurutnya, hasil quick count itu tidak mungkin di manipulasi, sekalipun pendiri LSI Denny JA sebagai konsultan politik dari pasangan capres-cawapres nomor urut dua Joko Widodo.
Diapun menjamin, posisi Denny JA tidak akan mempengaruhi quick count. “Benar Denny JA membantu Jokowi-JK sebagai konsultan politiknya. Itu memang kontrak resmi,” ujar Adjie kepada wartawan saat konferensi pers.
Ia menyebutkan, kalau di lembaganya itu konsultan dan reset adalah sesuatu yang berbeda. Jadi, ujar dia, soal konsultan atau siapa yang membayar suatu lembaga untuk melakukan quick qount tidak akan mempengaruhi hasil. “Di LSI konsultan dan riset dua pekerjaan yang berbeda,” katanya.
Seperti diketahui, Pada jam 11.00 WiB, LSI telah mendapat hasil exitpooll bahwa Jokowi-JK unggul dalam pilpres 2014. Dari hasil exitpoll, Jokowi memperoleh dukungan 51,74 persen, Prabowo Subianto-Hatta 48,25 persen.