PROBOLINGGO – PROBOLINGGO – Memasuki pekan kedua Agustus 2014, harga ikan di pasaran khususnya ikan berukuran besar melambung dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Hal tersebut disebabkan karena tangkapan ikan oleh para nelayan berkurang, dikarenakan musim angin Gending terutama di central penjualan sekaligus Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan
“Tangkapan nelayan dari kemarin berkurang, tidak seperti biasanya banyak dan berlimpah. Memamasuki bulan Agustus, yang pasti musimnya angin Gending” kata Ny. Zaini, salah satu pemilik kapal di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan (PPP) Kota Probolinggo, Kamis, (14/8).
Hal tersebut menjadikan harga ikan di pasar naik. Dari jenis ikan harga ikan Cakalang yang biasanya dijual sekitar Rp10.000/kilogram kini dijual tinggi menjadi Rp17.000/kilogram. Demikian halnya dengan ikan jenis layang juga mengalami kenaikan yang biasanya masih bisa dijual dengan harga Rp12.500/kilogram kini terpaksa dijual dengan harga sekitar Rp 15.000/kilogram.
Ny.Zaini mengemukakan, hasil tangkapan nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan Kota Probolinggo berkurang meski cuaca lagi membaik. “Kalau pun cuaca membaik, namun hasil tangkapan nelayan saat melaut juga tidak begitu banyak karena angin kencang tetap berhembus ditengah laut,”jelasnya.
Naiknya harga ikan laut ini cukup dirasakan dampaknya bagi ibu rumah tangga khususnya masyarakat pra sejahtera yang ada di Kota Probolinggo. “Kami terpaksa membatasi diri untuk membeli ikan karena harganya sangat mahal. Naiknya harga ikan basah tentu memberatkan karena penghasilan kami dalam sebulan pun pas-pasan untuk kebutuhan keluarga di rumah,” kata Anisa, salah seorang ibu rumah tangga di Kelurahan Mangunharjo Kota Probolinggo.
Selain itu, minimnya hasil tangkapan berimbas pula pada pasokan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan. Harga ikan mendadak mahal dan membuat para pedagang mengeluh karena berimbas terhadap daya beli.
Berimbas Terhadap Daya Beli
Agus Salim (38), tokoh nelayan Mayangan mengungkapkan, beberapa nelayan terpaksa memarkirkan perahu di dermaga karena tak sanggup membayai operasional melaut. Dibanding nilai tangkapan, pada saat ini lebih mahal operasional. “Besar pasak ketimbang tiang kalau pribahasanya. Hasil ikannya sedikit biaya solarnya mahal,” cetusnya.
Dia menambahkan, tidak sedikit para nelayan yang harus bekerja menjadi buruh kasar untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya. “Namun sebagian ada yang memaksakan untuk melaut mencari peruntungan di lokasi penangkapan ikan di luar zona kawasan laut,”tambah Agus Salim
Padahal musim seperti sekarang ini seharusnya panen ikan, kata Agus Salim, tapi kenyataanya bertolak belakang. “Sekarang ini seharusnya musim panen ikan, tapi saya heran, biasanya jika usai musim barat dan ombak besar ikan banyak. Tapi kenyataannya tidak ada sama sekali, saya nggak ngerti apa penyebabnya,” katanya.
Diakui pria yang mengaku sudah puluhan tahun menjadi nelayan, jika mereka memaksakan diri, modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil tangkapan ikan. “Bayangkan saja, setiap kali melaut, perhari rata-rata uang yang kami keluarkan antara Rp 500 hingga 700 ribu,”ucap Agus Salim.
Lanjut Agus Salim, dalam sehari, hasil tangkapan ikan rata-rata hanya 40 kg, sementara untuk harga tahun ini ikan tongkol sebesar Rp13.000/kg dijual kepada tengkulak. Sedangkan untuk diecer atau dijual keliling seharga Rp18.000/kg sementara untuk ikan jenis Balong hanya Rp12.000/kg di tengkulak.
“Saya sangat sedih kalau pergi melaut. Pasalnya, tak jarang pergi melaut dan pulang dengan tangan kosong alias tidak mendapat tangkapan ikan. Kami tidak tahu kenapa musim sekarang ini ikan sulit dicari, apakah mungkin saat ini di wilayah perairan utara pulau jawa tidak ada ikan,”ucapnya.
Sementara itu, melambungnya harga ikan jenis air laut dipasaran tidak disertai ikan jenis air tawar. Menurut salah satu penjual ikan air tawar, Muhlis (40), mengatakan harga ikan Air tawar masih stabil. Hal tersebut disebabkan karena pasokan dari pengepul berlimpah.
Harga ikan air tawar dipasaran seperti ikan bandeng dan mujair serta udang justru mengalami penurunan. Seperti udang dari Rp 120/kilogram menjadi Rp 75/kilogram, mujair Rp 25 ribu per kilogram dari harga Rp 30 ribu perkilogram, sedangkan ikan bandeng segar per ekor ukuran sedang Rp 15 ribu.