Oleh: Untung Wahyudi

Nabi Muhammad adalah sosok yang menjadi teladan sepanjang sejarah. Banyak tokoh, ulama, dan ilmuwan yang mengakuinya sebagai orang yang berpengaruh. Michael H. Hart dalam bukunya Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, menempatkan Muhammad pada urutan pertama sebagai tokoh berpengaruh dalam sejarah.
Pengaruh Muhammad sebagai Nabi terakhir yang diutus Allah Swt. tidak hanya memengaruhi sebagian besar penduduk Mekah yang waktu itu terjerat kebodohan, tetapi juga berpengaruh dalam berbagai hal, termasuk sosial-politik. Nabi Muhammad juga termasuk figur yang baik dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
Dalam catatan sejarah, Nabi Muhammad dikenal sebagai Nabi yang memiliki banyak istri. Setelah wafatnya Siti Khadijah, istri pertama beliau, Nabi Muhammad menikah dengan beberapa perempuan, termasuk Aisyah putri Abu Bakar yang dinikahi beliau ketika berusia belia.
Namun begitu, Nabi Muhammad memperlakukan istri-istrinya dengan adil. Beliau menikah bukan karena dorongan syahwat semata, tetapi demi menegakkan agama Allah. Tercatat ada bebebrapa istri beliau yang sudah pernah menikah, bahkan ada yang janda.
Bilik-Bilik Cinta Muhammad yang ditulis Dr. Nizar Abazhah ini akan menguraikan berbagai kisah sehari-hari rumah tangga Rasulullah yang patut dijadikan contoh, terutama bagi yang akan atau telah berumahtangga.
Selama hidupnya, istri-istri Nabi tak hanya mengisi kawah emosional beliau, tetapi juga kawah sosial beliau. Mereka adalah sebelas orang wanita merdeka, dua orang budak, dan beberapa wanita lain yang sempat diakad, tetapi lalu ditalak sebelum dikumpuli. Masing-masing memiliki watak khas yang berbeda satu sama lain. Sebagai manusia biasa, mereka juga saling cemburu. Bahkan, satu di antara mereka tingkat kecemburuannya sampai melampaui akal sehat, memasung total naluri kewanitaannya hingga berlaku aneh. Tetapi, ada pula yang tidak seberapa tingkat kecemburuannya. Ia tak peduli apa pun yang dilakukan madu-madunya. Yang penting baginya adalah hidup di bawah pundak sang suami agung (halaman 152).
Nabi Muhammad tak pernah memukul seorang pun di antara mereka—meski hal itu dibolehkan agama—baik dengan tangan maupun tongkat. Bahkan, beliau melarang sebagaimana sabdanya, “Apakah tidak malu kamu memukul istrimu? Siang kamu pukuli, malam kamu kumpuli?”
Walaupun sanksi itu penting—seperti dikemukakan ahli pendidikan—untuk menimbulkan efek jera kepada mereka yang berbuat dosa, juga sebagai terapi jiwa, tetapi Rasulullah tidak pernah mendidik istri-istrinya dengan pukulan. Lalu, bagaimana cara Nabi memberi sanksi kepada istri yang melanggar ketentuan?
Muhammad ternyata lebih memilih sanksi yang menimbulkan efek psikologis, misalnya ditinggal, lama atau sebentar, setelah tak mempan diberi peringatan atau ditegur baik-baik. Cara ini menurut ahli pendidikan sebagai terapi psikologis yang paling efektif.
Lebih dari itu, seperti diakui kaum Muslim dalam berbagai buku sejarah hidup beliau, Nabi bahkan jarang sekali memberi sanksi. Buktinya istri-istri Rasulullah betah bersama beliau.
Kisah-kisah pergaulan dan kehidupan sehari-hari Nabi yang ditulis Nizar Abazhah ini seolah-olah ingin memberikan pelajaran bagi umat manusia agar bisa berlaku baik bagi pasangan mereka. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Al-Quran bahwa, hendaklah para suami itu memperlakukan istri dengan sebaik-baiknya perlakuan dan pergaulan. Dengan begitu, kasus perceraian yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bisa dihindari.
Jika mau mengamati keadaan sekarang, banyak perceraian terjadi disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan suami kepada istri. Sesuatu yang tidak pantas dilakukan, apalagi menjadi kebiasaan.
Selain memuat kisah pergaulan Nabi dan istri-istrinya, buku 332 halaman ini juga memuat kisah pergaulan Nabi dengan pamannya, Abu Thalib, para sahabat dan keluarganya. Di bagian terakhir buku ini, penulis memaparkan berbagai hal yang perlu diteladani dari kehidupan rumah tangga Nabi. Di antaranya, Nabi selalu hidup sederhana, penuh cinta, setia, amanah, santun, rendah hati, adil, dan sifat-sifat baik lainnya yang patut diteladani dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Buku ini sangat bermanfaat bagi siapa pun yang ingin meneladani kehidupan rumah tangga yang dipraktikkan Nabi Muhammad. Sehingga, kehidupan rumah tangga yang akan dijalani oleh seseorang bisa berjalan sesuai dengan harapan. Kehidupan rumah tangga yang dipenuhi dengan kedamaian, sakinah, mawadah dan rahmah. Semoga kita bisa melendani akhlak dan budi pekerti sang Nabi. (*)
*) Peresensi adalah lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya