Oleh : Miqdad Husein*
Tak seperti biasanya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapat “bingkisan” sesajen (20/9/2014). Mungkin pengirim mengetahui jika KPK pasti menolak jika dikirimi parcel, cek, hadiah mobil dan bentuk material lainnya. Karena itu pengirim memilih sesajen dengan harapan dapat diterima. Sayangnya pengirim rupanya tergolong pemalu sehingga identitasnya tak terlacak.
Berdasarkan sumber yang belum sepenuhnya dapat dipercaya, yang meletakkan sesajen kemungkinan hanya suruhan. Pengirim aslinya hampir mustahil turun langsung. Begitu kata seorang paranormal. Sampai saat ini wanita misterius –karena memang belum teridentifikas,i bukan tergolong makhluk halus- belum terlacak. Termasuk tentu saja apa maksud dan tujuan mengirim sesajen kepada KPK.
Berbagai spekulasi bermunculan terkait tujuan pengiriman sesajen. Yang berprasangka minor menganggap sesajen itu sebagai bentuk serangan mistis pada orang-orang tertentu di KPK; yang diduga kuat dikirim para pesakitan korban dan calon penangkapan KPK. Yang sedikit lebih moderat menilai semacam tegoran kecil agar KPK bekerja lebih sungguh-sungguh. Lalu, karena ada juga paranormal yang setuju pemberantasan korupsi, kemungkinan sesajen sebagai dukungan pada KPK, sangat terbuka lebar. Yang paling spekulatif tentu saja pendapat yang menganggap pengirim sesajen memiliki pikiran mistis bahwa KPK termasuk tempat penuh berkah; semacam tempat keramat yang bisa memberi kekuatan peruntungan, hem.
Pendapat bernada spekulatif ini kurang kuat terutama melihat unsur sosial ekonomi terkait demand alias permintaan pasar beraroma mistis. Jika sesajen diletakkan sebelum ramai Pileg bisa jadi pengirim tergolong yang ingin mendapat berkah dari KPK agar terpilih. Atau, kalau terpilih bisa aman dari sergapan KPK jika nanti bermain-main dengan uang rakyat. Berhubung situasi pasar kurang permintaan beraroma mistis, pendapat spekulatif yang menganggap KPK tempat keramat, perlu disingkirkan jauh-jauh.
Jadi, apa sebenarnya tujuan pengirim sesajen kepada KPK itu? Sulit menjawab pasti. Jangankan pengirim belum ketahuan identitasnya. Seandainya nanti teridentifikasipun, jawaban pertanyaan sulit diperoleh. Karena semua berbau mistis, gaib, jawabanpun dari pengirim, jika ketahuan besar kemungkinan tak jelas alias gaib juga.
Satu-satunya kepastian adalah sesajen yang sangat mungkin ada juga diberbagai tempat penting seperti KPK merupakan representasi irrasionalitas. Dukun politik, yang diduga merebak saat Pileg, maupun Pilkada, termasuk pencarian kekuatan spiritual, mistis dan sejenisnya mempertegas fakta bahwa irrasionalitas sengaja dikembangkan segelintir orang, yang bisa jadi kalangan elite. Jika mereka sendiri irrasional sudah pasti sikap masyarakat pemilihpun cenderung dikondisikan sama. Bukan proses pencerdasan yang dikembangkan namun pembodohan melalui pengkondisian berbaju mistis, spiritul dan sejenisnya.
Jika itu dilakukan mengatasnamakan agama, sudah tentu proses irrasionalitas itu merupakan manipulasi agama. Kesadaran Ketuhan diposisikan sebagai pembunuhan atau pembelengguan logika. Padahal, Tuhan menciptakan manusia dengan perangkat akal yang sudah tentu diperintahkan difungsikan maksimal. Karena itu, dengan alasan apapun pembiakan irrasioanalitas adalah pengingkaran karunia Tuhan sekaligus sebagai cermin manipulasi kesadaran keagamaan.
Kekuasaan memang manis dan mudah sekali membutakan serta mendorong merebaknya berbagai cara kotor, termasuk memanipulasi ajaran suci bernama agama. Lalu, jika Tuhan saja dimanipulasi, apalagi rakyat. Alamak.
*) Kolumnis, tinggal di Jakarta