PAMEKASAN – Ketimpangan antara bagian selatan dengan utara di Kabupaten Pamekasan tidak hanya terjadi di bidang pendidikan. Terbukti dalam pembangunan sarana penyediaan air bersih di wilayah itu juga tidak merata.
Beberapa waktu lalu, Bupati Pamekasan, Ach Syafii meresmikan pengoperasian dua sarana penyediaan air bersih berupa sumur bor, yaitu di Desa Bukek, Kecamatan Tlanakan dan di Kelurahan Kowel, Kecamatan Kota Pamekasan, untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat.
Padahal, di Kabupaten Pamekasan, daerah yang paling parah terkena dampak kekeringan terjadi dibagian utara. Namun, hingga saat ini belum ada pembangunan serupa untuk mengantisipasi kekeringan yang terjadi di bagian utara kabupaten tersebut.
Bupati Pamekasan, Ach Syafii mengatakan tidak meratanya penyediaan air bersih disebabkan karena ketersediaan air bawah tanah di bagian utara dan selatan yang juga berbeda, lebih banyak di bagian selatan. Sehingga pembangunan sumur bor di tempatkan di bagian selatan.
Menurutnya, air bawah tanah di bagian utara tidak dapat ditemukan, sehingga pihaknya sangat kesulitan mendapatkan sumber mata air untuk dapat dilakukan pengboran serupa, untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat di bagian utara.
“Itu persoalannya sumber yang belum ada. Jadi daerah seperti Pangerraman, Bujur Barat, Bujur Tengah dan terus ke arah timur belum ada. Kami kemarin sudah cari di Pegantenan, kami sudah perintahkan PDAM untuk mencari titik air melalui goelistrik tetapi belum menemukan,” katanya.
Untuk mengatasi kekeringan yang terjadi, terangnya, sejauh ini pihaknya hanya melakukan dengan melakukan pengiriman (droping) air bersih melalui tangki sesuai dengan permintaan masyarakat dengan persetujuan kepala desa yang bersangkutan.
Namun, jelas Bupati Syafii, cara droping air melalui tangki masih menemui kendala di lapangan, yaitu jalan masuk ke perkampungan warga yang terlalu sempit, sehingga kalau dipaksakan hanya akan merusak akses jalan yang ada.
“Tangki-tangki pengangkut air yang kami kirimkan tidak bisa masuk ke daerah-daerah dalam, jalannya ada tapi kecil, sehingga tidak diperbolehkan masuk karena jalannya bisa rusak. Makanya saya minta kepada masyarakat kalau mau buat jalan yang lebar,” ungkapnya.
Disamping itu, tambahnya, saat ini pihaknya akan mengkaji pembangunan pengolahan air (woter treatment) untuk memanfaatkan air sungai yang diolah hingga bersih, kemudian dialirkan ke daerah rawan kekeringan.
“Kami juga sedang mengkaji kemungkinan mengambil air pantai utara, atau dari sungai di Tamberu, kami alirkan ke daerah-daerah rawan kekeringan,” katanya. (ALI SYAHRONI/UZI/RAH)