PAMEKASAN – Sejumlah naskah ujian akhir semester (UAS) genap tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), yang dikeluarkan oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Pamekasan banyak kesalahan. Akibatnya, muncul penilaian bahwa Kemenag tidak serius dalam pendidikan Islam.
Penilaian itu berdasarkan banyak kesalahan dalam penulis arab, yang tidak pedulikan kaidah penulisan arab. Sehingga maknanya menjadi berubah dan membuat siswa menjadi kebingungan untuk menjawab soal-soal tersebut.
Hal itu ditemukan pada hampir semua soal mata pelajaran (mapel) pendidikan Islam untuk kelas VI MI, seperti mapel Alquran Hadits dan Aqidah Akhlak, yang ditemukan penulisan ayat Alquran tidak sesuai kaidahnya.
Bahkan, yang paling parah terdapat pada mapel Bahasa Arab. 50 butir soal, hampir semua butir soal ditemukan kesalahan penulisan, baik tulisan dalam bentuk percakapan dalam Bahasa Arab maupun juga dalam penulisan ayat Alquran.
Kepala MI Taufiqus Shibyan, Proppo, Pamekasan, Ach Faqih mengatakan adanya naskah soal bertuliskan teks arab yang ada kesalahannya, menunjukkan Kemenag tidak teliti dalam pembuatan soal, sehingga terkesan tidak serius dalam pendidikan Islam.
“Kalau dari soal Bahasa Arab yang dibuat Kemenag itu, jangankan siswa, guru pengajarnya juga bingung untuk bisa menjawab soal tersebut. Karena setelah salah dalam penulisan maka artinya pun juga berubah, sehingga antara pertanyaan dan jawaban tidak ada yang cocok,” kata Ach Faqih.
Untuk mempermudah siswa memahami soal yang akan mereka isi, pihak sekolah mengambil kebijakan, guru dan pengawas memperbaiki poin soal. Akibatnya, ujian sekolah yang semestinya berjalan dengan baik harus terganggu, sehingga waktu menjawab berlangsung selama 90 menit molor.
Menurutnya, kejadian kesalahan dalam pembuatan soal itu merupakan kesalahan fatal untuk menanamkan nilai agama bagi peserta didik. Sungguh pihaknya sangat menyayangkan dan prihatin dengan kesalahan tersebut.
Faqih berharap hal itu tidak terulang lagi dalam pembuatan soal di masa yang akan datang. Pihaknya juga meminta agar naskah soal UAS terlebih dulu diperiksa sebelum dicetak ganda dan didistribusikan kepada masing-masing sekolah.
“Karena kalau seperti ini, mau dibentuk seperti apa karakter pendidikan Islam di Indonesia, khususnya di Pamekasan. Bila demikian, alangkah lebih baiknya pembuatan naskah soal diserahkan kepada masing-masing guru maple,” ungkapnya.
Kepala Seksi Pendidikan Madrasah, Kemenag Pamekasan, Nawawi, melalui Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI), Imam Sutarji mengatakan pihaknya menyadari hal itu terjadi kesalahan dam tim editor soal sebelum dikirim ke percetakan.
“Sebenarnya kejadian seperti ini sudah biasa. Jangankan soal di daerah, Ujian Nasional juga banyak yang keliru. Persoalan ini sudah kita selesaikan melalui forum dengan masing-masing sekolah,” kata Imam Sutarji.
(ALI SYAHRONI/RAH)