
PROBOLINGGO, koranmadura.com – Musim kemarau kali ini banyak petani bawang merah di wilayah Kabupaten Probolinggo beralih menanam tanaman palawija. Akibat ketakutan merugi karena harga murah dan mahalnya bibit, para petani beralih menanam jagung karena dinilai lebih menguntungkan.
“Banyak petani bawang merah yang enggan menanam untuk musim tanam kedua tahun ini. Mereka lebih memilih menanam jagung karena hasilnya menguntungkan,”ujar Lasmono (45), warga Desa Pondok Wuluh, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolingg, kepada wartawan, Minggu (23/8).
Ia mengatakan, beralihnya tidak menanam bawang merah karena harganya murah dibanding dengan bibit dan perawatan yang sangat besar sehingga petani banyak yang merugi hingga puluhan juta rupiah.
“Untuk tidak memperbesar kerugian, petani sudah mulai menanam jagung, kacang dan padi untuk sawah pengairannya baik. Sekarang harga bibit mahal, sedangkan harga jual murah. Ini dirasa tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan petani,”tandas Lasmono.
Para petani saat ini, kata Lasmono, dituntut harus cermat dan jeli melihat situasi cuaca jika tidak ingin menanggung kerugian yang amat besar. Saat musim kemarau ini memang paling cocok menanam jagung atau jenis palawija lain seperti ketela maupun kedelai.
“Ini yang menjadi alasan menjadi alasan kenapa para petani beralih menanam tanaman jenis palawija. mereka belajar dari tahun sebelumnya di saat kemarau memaksa untuk menanam bawang merah ternyata justru tidak bisa panen karena tidak cukup air,”ucapnya.
Petani lainnya , Rudianto (33) mengatakan, biaya modal tanam petani bawang merah memang banyak tidak kembali alias merugi. Selain itu petani tak bisa menutupi biaya obat-obatan, bibit dan modal kerja.
“Kebanyakan petani bawang merah modalnya meminjam ke pihak bank pola pinjam musiman,”katanya.
Yang lebih parah lagi, untuk menutupi pinjaman ke pihak bank petani harus menjual tanahnya kepada petani lain yang memiliki modal lebih.“Ya pasti petani bawang merah di wilayah Kabupaten Probolinggo merugi,”papar Rudianto.
(MAHFUD HIDAYATULLAH)