
Sudah setahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bergulir sejak dilantik pada 20 Oktober 2014, dan dalam jangka waktu itu sang kepala negara juga sudah menjalankan sepak terjangnya dalam membangun kemitraan di dunia internasional.
Setelah memenangi pemilihan presiden (Pilpres) 2014, Jokowi secara perlahan tapi pasti menunjukan kapasitasnya sebagai seorang kepala negara dengan melakukan beberapa kunjungan kenegaraan guna membangun hubungan kerja sama bilateral di kancah global.
Berdasarkan penghitungan suara Pilpres yang dikumpulkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di 33 provinsi, Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK) menang 53,15 persen atau 70.633.576 suara.
Sedangkan pesaing mereka, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meraih 46,85 persen atau 62.262.844 suara, membuat pasangan Jokowi-JK unggul 8.370.732 suara atas Prabowo-Hatta.
Dengan latar belakang seorang pengusaha mebel kayu, Presiden Jokowi menunjukan kepada dunia bagaimana Indonesia dapat menjadi mitra dagang dan lahan investasi bagi dunia internasional.
Kemitraan dagang dan investasi yang digulirkan oleh Presiden Jokowi bertujuan untuk membuka kesempatan investor asing masuk ke Indonesia dalam membangun ekonomi nasional yang semakin kuat dan independen.
Bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga berlatar belakang pengusaha, upaya yang dilakukan Presiden Jokowi adalah membentuk tim ekonomi yang diharapkan dapat membawa Indonesia sebagai pemain utama di dunia.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi dengan Nawacitanya berusaha memperkenalkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, menggiring perekonomian dunia ke Nusantara.
Untuk itu diperlukan kerja sama yang kongkrit antara Indonesia dengan negara-negara di dunia, baik itu untuk penanaman modal di dalam negeri maupun kerja sama perdagangan luar negeri, di mana Indonesia diharapkan dapat menjadi pemain penting dalam ekspor produk jadi.
Selain itu, kerja sama internasional juga dibutuhkan dalam mempersiapkan Indonesia memasuki era baru di kawasan Asia Tenggara, yaitu dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 1 Januari 2016.
Kunjungan kenegaraan Jokowi Upaya peningkatan kerja sama internasional Indonesia dibawah pemerintahan Presiden Jokowi dimulai dengan kunjungan kenegaraan perdana ke tiga negara tetangga yaitu, Malaysia, Brunei Darussalam dan Filipina pada 5-9 Februari 2015.
Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir menuturkan, secara garis besar kunjungan ini menitik beratkan pada pembahasan kerja sama ekonomi, perdagangan dan perlindungan warga negara.
Menurut Wamen Fachir, kunjungan itu sangat berkaitan dengan penjabaran visi dan misi Presdien Jokowi mengenai isu-isu luar negeri yaitu mengenai kedaulatan, diplomasi, ekonomi dan perlindungan warga.
Fachir menjabarkan, di Malaysia Presiden membicarakan masalah TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan pendidikan anak Indonesia, serta masalah perlindungan nelayan Bajo yang akhirnya membuat kesepakatan trilateral Indonesia-Malaysia-Filipina.
Di Brunei Darussalam, karena tidak memiliki permasalahan bilateral, Presiden Jokowi hanya mengundang agar lebih banyak lagi investasi yang masuk ke Indonesia.
Sementara di Filipina, Presiden membahas mengenai percepatan proses batas lintas kontinen serta kesepakatan penanganan masalah yang berkaitan dengan Narkoba.
Selain itu, ada pula kerja sama pendidikan, pelatihan dan pertahanan, yang di lakukan oleh Lemhanas.
Melanjutkan kerjasama internasional, Presiden Jokowi kemudian melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok dan Jepang pada 22-25 Maret 2015.
Pada kunjungannya ke Tiongkok dan Jepang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Armanatha Natsir menjelaskan bahwa Indonesia siap membuka pasarnya dalam hubungan kerja sama dengan mempromosikan investasi kepada kedua negara tersebut.
Kemudian rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi dilanjutkan dengan mengunjungi negara tetangga Papua Nugini pada 12 Mei 2015 yang masih membicarakan peluang investasi yang saling menguntungka bagi kedua negara.
Selanjutnya, Presiden Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan ke Singapura pada 28-29 Juli 2015, yang bertujuan untuk mempererat kerja sama ekonomi.
Di Singapura, kedua pemimpin menyambut baik perkembangan ekonomi kedua negara dan sepakat akan memprluas kerja sama di bidang pendidikan, termasuk pendidikan kejuruan dan pembangunan kapasitas.
Presiden Jokowi juga akan mengembangkan kerja sama promosi dan tujuan wisata bersama (joint promotion and destination) yang telah disepakati dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsein Loong.
Sedangkan dalam bidang investasi, Perdana Menteri (PM) Singapura masih percaya dan terus tertarik untuk berivestasi kepada Indonesia, karena Indonesia merupakn tempat investasi yang menguntungkan.
Hal ini dibuktikan dengan Singapura yang selalu menjadi investor terbesar di Indonesia.
Selain itu, Presiden RI dan PM Singapura juga sepakat untuk saling menjaga kemanan dan stabilitas kawasan untuk menjaga kekondusifan dalam pembangunan ekonomi dan dunia bisnis.
Belum lama ini, Presiden Jokowi juga sempat melakukan kunjungan kenegaraan ke tiga negara teluk yaitu Arab Saudi, Persatuan Emirat Arab dan Qatar pada 11-14 September 2015.
Di Arab Saudi, Indonesia menyepakati kerja sama di bidang pertahanan. Selain itu, perusahaan minyak Arab Saudi yakni Aramco juga akan bekerja sama dengan Pertamina.
Kemudian di Persatuan Emirat Arab, kerja sama di bidang kelautan terjalin dengan akan adanya pembangunan pelabuhan di Tanjung Siapi-api bersama Port Dubai World.
Dubai Alumunium dan TechnoPark juga dilaporkan siap melakukan survei ke Indonesia untuk berinvestasi.
Selain itu, Lulu Hypermart yang menyatakan telah siap menjual hasil pertanian dan produk pangan asal Indonesia lainnya di seluruh cabang yang tersebar di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya.
Selanjutnya di Qatar, Presiden membicarakan kerja sama pembangunan listrik antara Nebras dengan PLN.
Menerima Kepala Negara Asing Selain melakukan kunjungan kenegaraan ke negara-negara sahabat, Presiden Jokowi juga sempat mendapatkan kunjungan resmi dari beberapa kepala negara seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan 31 Juli 2015.
Pertemuan bilateral antara pemerintah Indonesia dengan delegasi Pemerintah Turki yang dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdoan lebih menitikberatkan kepada bidang ekonomi.
“Tadi kita sudah sepakat akan adanya hambatan-hambatan perdagangan yang ada ini bisa segera diselesaikan,” ujar Presiden Jokowi dalam keterangan pers bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdoan, di Istana Merdeka, Jakarta.
Kemudian kerja sama-kerja sama baik di bidang industri perawatan militer, industri pembuatan kapal-kapal kecil, lanjut Presiden Jokowi, akan segera dikonkritkan. “Juga pembangkit listrik tenaga gas, ini juga segera ingin kita konkritkan,” tambahnya.
Selain Erdogan, Presiden Jokowi juga pernah menerima kunjungan Presiden Republik Arab Mesir Abdel Fattah el-Sisi pada 4 September 2015.
Kunjungan Presiden el-Sisi ke Indonesia adalah untuk melakukan penandatanganan kerja sama perdagangan yang meliputi ekspor Indonesia seperti minyak kelapa, kopi, teh, textil dan barang-barang elektronik.
Belum lama ini, Presiden Jokowi menerima Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu 11 Oktober 2015, yang membicarakan kerja sama di bidang lingkungan dan kelapa sawit.
Dari sejumlah perjalanan luar negeri Presiden Jokowi serta kedatangan kepala negara asing, loby-loby internasional Indonesia lebih banyak mengarah pada peningkatan penanaman modal asing di Indonesia untuk membuka peluang bagi rakyatnya.
Diharapkan agar kerja sama internasional lainnya dapat dengan segera memacu perekonomian Indonesia.
Selanjutnya Presdien Jokowi dijadwalkan untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat pada 24-28 Oktober 2015 yang bertujuan untuk mempererat perdagangan kedua negara serta membicarakan peluang investasi negara Paman Sam di Indonesia.
(AGENG WIBOWO/ANT)