PAMEKASAN, koranmadura.com – Hampir semua desa di Kabupaten Pamekasan telah mendapatkan Dana Desa (DD) dari pemerintah. Namun, dalam realisasinya yang berbentuk pembangunan infrastruktur mengalami kendala, karena minimnya ketersediaan pasir jawa.
Hal itu terjadi sejak tragedi berdarah di Kabupaten Lumajang pasir jawa di Pamekasan langka. Apalagi, dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari proyek di desa rata-rata mengunakan pasir jawa, karena dianggap punya kualitas lebih baik dari pasir lokal (Madura).
Ketua Komisi I DPRD Pamekasan, Ismail mengatakan dari monitoring yang dilakukannya ke sejumlah desa di beberapa kecamatan, yang melaksanakan kegiatan proyek infrastruktur rata-rata mengeluhkan persoalan pasir yang langka, yang menjadi kendala proyek yang dikerjakan.
Sebab, dalam RAB kegiatan sudah terlanjur mengunakan pasir jawa. Sehingga, untuk tidak menyesuaikan dengan RAB, rata-rata kepala desa menyampaikan belum berani menggunakan selain pasir hitam sebelum ada kebijakan memperbolehkan.
“Alasannya takut melenceng dari RAB yang sudah disusun, yang bisa berdampak pada proses hukum karena bisa dianggap tidak sesuai. Padahal, terkait program, proyek, perencanaan semuanya sudah disusun di APBDes,” kata Ismail.
Politisi Partai Demokrat ini menjelaskan sejauh ini pihaknya sudah melakukan pengawasan realisasi dana desa di 5 kecamatan, terdiri dari Kecamatan Pamekasan (kota), Pademawu, Larangan, Galis, dan Kecamatan Proppo. Dari semua kecamatan yang telah didatangi, semuanya mengeluhkan persoalan pasir jawa yang langka.
Akibatnya, poyek yang tengah dikerjakan itu terancam tidak selesai. Kemudian, hingga saat ini pihaknya belum mendapat temuan lainnya, berkaitan dengan prosedur dan mekanisme kegiatan dana desa maupun alokasi dana desa.
“Kami akan berkoordinasi dan berkonsultasi terlebih dahulu kepada ketua dewan, untuk bisa mencari jalan keluarnya. Karena kalau dana desa itu serapannya rendah, desa bisa dapat sanksi pengurangan anggaran di tahun berikutnya,” ungkapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kelangkaan pasir jawa dirasakan oleh salah satu pengusaha pasir di Pamekasan, yang membuat usaha kian menurun. Bahkan terancam bangkrut karena bisnisnya sudah hampir tidak jalan.
Salah satu pengusaha pasir di Jl Raya Palengaan, Pamekasan, Kholiq mengatakan sejak pengiriman pasir jawa, dirinya sulit memenuhi permintaan pasir hitam para pelanggannya. Bahkan, kini stok pasir dari Lumajang itu telah habis terjual.
“Sekarang mau mengambil keuntungan Rp 25 ribu sehari sudah sulit, karena tidak ada yang menjual pasir untuk bisa saya kirimkan kepada pelanggan. Pasaran pasir hitam yang dari Pasirian yang paling banyak diminta pelanggan,” kata Kholik.
Seperti diketahui, berawal dari peristiwa berdarah yang menewaskan salah satu aktivis lingkungan, Salim Kancil yang dilakukan oleh para preman. Sejumlah tambang pasir di Pasirian Lumajang ditutup. Kini kasusnya sudah ditangani Kepolisian Polda Jawa Timur.
(ALI SYAHRONI/UZI)