
BANGKALAN, koranmadura.com – Minimnya jumlah dokter spesialis di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebuh (Syamrabu) menjadi keluhan masyarakat. Hal itu berpengaruh terhadap pelayanan masyarakat. Apalagi saat ini rumah sakit terbesar di Madura tersebut baru selesai dibangun. Butuh perbaikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat agar bangunan tersebut sebanding dengan tingkat pelayanannya.
Salah satu warga Socah, Sudarmo menilai, pelayanan terhadap masyarakat sangat ditentukan dengan adanya dokter spesialis. Minimnya dokter spesialis membuat masyarakat enggan berobat. Masyarakat tak mungkin mau jadi korban rumah sakit yang tidak memiliki dokter spesialis.
“Secara pribadi, keluarga saya tidak membawa saya ke RSUD Syamrabu, saat menderita stroke satu Minggu lalu. Sebab tidak ada dokter spesialisnya. Keluarga malah membawa ke rumah sakit Surabaya, karena pelayanannya yang lebih baik,” kata Sudarmo yang juga anggota DPRD Bangkalan.
Menurutnya, RSUD Syamrabu harus berbenah. Apalagi saat ini dari segi bangunan sudah paling megah se-Madura. Kemegahan itu harus berbanding lurus dengan pelayanan rumah sakit. Masalah kesehatan menyangkut nyawa seseorang, sehingga perlu perhatian khusus. Kebutuhan dokter spesialis sangat penting untuk menangani langsung pasien. Mereka harus ada di rumah sakit, ketika ada pasien masuk. Tidak perlu menunggu lama dokter datang, karena kesehatan pasien menjadi kepentingan utama.
“Saya mempunyai jaminan kesehatan, tapi tidak terpakai. Sebab alur BPJS itu tidak bisa digunakan pada kondisi kesehatan yang mendesak. Bisa mati saya kalau dikirim ke RSUD Syamrabu melalui jaminan kesehatan,” ungkapnya.
Dia merinci, dalam pelayanan kesehatan yang bersifat darurat, kenyataannya tidak bisa menggunakan jaminan kesehatan BPJS. Sebab ada prosedur dan alur yang harus dilalui, mulai dari puskesmas dan ke rumah sakit. Jika penyakitnya sudah parah, kemudian dirujuk ke RS di Surabaya. Seharusnya jika dokter spesialis memenuhi, tidak usah dirujuk ke Surabaya, cukup di Bangkalan.
“Saya tidak berani mengambil resiko. Jadi, keluarga membawa langsung ke RS di Surabaya. Sebab pelayanan di sana lebih baik. Dokter spesialis ontime tiap saat. Berbeda di Bangkalan yang sistem on call,” ceritanya.
Sementara itu, Direktur RSUD Syamrabu tak bergeming berkaitan masukan dari masyarakat. Dirinya mengaku, penilaian terhadap rumah sakit yang dipimpinnya menjadi hak masyarakat. Menurutnya, dokter syaraf yang ada di RSUD Syamrabu berjumlah dua orang, sedangkan tidak ada dokter spesialis jantung.
“Terserah penilaian masyarakat. Yang penting kami bekerja sudah maksimal. Bulan depan kami akan mendatangkan dokter jantung, karena tidak ada,” ujarnya.
(MOH RIDWAN/RAH)