Oleh: MH. Said Abdullah
Anggota DPR RI, asal Madura
Hujan deras bila mengguyur kawasan Kota Sumenep seringkali membuat Kali Marengan tidak kuat menampung air. Akibatnya air meluap lalu menggenangi jalan raya, kadang memasuki kawasan rumah penduduk. Hujan yang seharusnya menjadi berkah berubah menebarkan kepahitan.
Sudah tentu bukan karena hujan penyebab timbulnya masalah banjir. Dengan kasat mata saja terlihat bahwa Kali Marengan perlu dibersihkan dari berbagai sampah. Termasuk saluran pembuangan air yang menuju ke sungai. Upaya lain melalui pengerukan agar Kali Marengan lebih banyak dapat menampung air.
Langkah pengerukan memerlukan perencanaan matang agar tidak menimbulkan masalah baru. Misalnya, penataan proporsional posisi aliran. Ini terkait posisi Kali Marengan yang berdekatan dengan bibir pantai. Jangan sampai pengerukan menyebabkan Kali Marengan lebih rendah dari posisi pinggir pantai.
Di luar upaya-upaya bersifat teknis, yang paling mendasar dalam upaya mengatasi banjir bagaimana membudayakan masyarakat tertib membuang dan mengelola sampah. Karena ketaktertiban membuang sampahlah sebenarnya penyebab persoalan banjir muncul di berbagai daerah, termasuk di Kota Sumenep. Kebiasaan buruk masyarakat dalam membuang sampah menjadi pemicu utama banjir.
Sering orang berpikir merasa hanya sedikit membuang sampah. Padahal jika yang sedikit itu dikumpulkan dari ribuan orang, sudah pasti akhirnya menjadi tumpukan besar, yang dapat menyumbat saluran air kecil bahkan Kali Marengan yang relatif besarpun dapat tersumbat.
Sudah menjadi rahasia umum, di berbagai daerah termasuk di Kota Sumenep, saluran-saluran air di lingkungan penduduk seringkali tersumbat. Bukan hanya sampah. Kadang saluran tersumbat karena rasa malas penduduk, lantas ditutup permanen tanpa menyadari dampaknya ke depan.
Awalnya sedimen tanah yang menutupi saluran dibiarkan terus menumpuk hingga mengeras. Untuk menyingkirkan sedimen tanah karena sudah mengeras relatif sulit. Rasa malas dan kurang sungguh-sungguh dalam membersihkan sampah ditambah sedimen mengeras, menggoda penduduk menempuh jalan termudah: menutup saluran air.
Ketika belum turun hujan, segalanya berjalan lancar, tak ada masalah berbagai tindakan salah kaprah itu. Namun ketika hujan deras turun, baru persoalan saluran air tersumbat terpampang di depan mata.
Mudah sebenarnya memahami persoalan banjir di Kota Sumenep karena terlihat penyebab utamanya. Yang sulit membangkitkan kesadaran dan kebiasaan tertib dalam mengelola sampah termasuk peran aparat pemerintah daerah dalam mengawasi seluruh draenase di lingkungan penduduk.
Masyarakat harus belajar dari pengalaman banjir yang menyebabkan berbagai aktivitas terganggu. Sudah saatnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya dan mengelola sampah agar tidak menimbulkan masalah banjir menjadi kebiasaan keseharian masyarakat. Saluran-saluran di lingkungan penduduk dibenahi dan dijaga jangan sampai tersumbat sampah, sedimen tanah dan lainnya.
Pemerintah daerah terutama dinas kebersihan dan instansi terkait perlu intens mensosialisasikan kesadaran soal sampah ini agar benar-benar menjadi budaya. Harus diawasi terus menerus saluran air di lingkungan penduduk agar tetap mengalir normal. Ini agar tak mengundang banjir, juga penyakit akibat air tergenang menjadi sumber bersaranganya nyamuk.
Mengurangi banjir, hidup sehat ternyata memang perlu dibangun dari kebiasaan kecil dalam kehidupan sehari-hari. [*]