Ramai-ramai gerakan Nusantara Mengaji terjadi di berbagai pelosok negeri. Dinding medsos dipenuhi oleh foto-foto orang yang sedang mengaji sendiri atau melakukan tadarus untuk bisa khatam Alquran. Fenomena semacam apa ini?
Konsolidasi kesadaran untuk kembali kepada Alquran dalam mengatasi persoalan bangsa merupakan tujuan besar yang digagas oleh gerakan Nusantara Mengaji. Alquran memang memiliki posisi yang penting bagi umat Islam dalam menyelesaikan persoalan. Walau tentu gagasan kembali ke Alquran memiliki perbedaan tafsir dengan kelompok di abad 20.
Sebagaimana dalam lintasan sejarah Islam, gerakan kembali ke Alquran dan Hadis pernah menjadi suatu fenomena gerakan besar yang sempat menimbulkan perdebatan yang hingga kini masih terus bergulir dalam wilayah akademik.
Abad 20 salah satunya ditandai oleh kesadaran beberapa kalangan Muslim bahwa Islam telah kalah dibandingkan dengan dunia barat. Hal ini memunculkan spirit untuk kembali kepada sumber ajaran utama dalam Islam, berupa Alquran dan Hadis. Di Arab Saudi muncul gerakan Wahabi.
Pendekatan yang digunakan oleh kelompok yang menginginkan kembali kepada Alquran dan Hadis menggunakan pendekatan tekstualis. Menepikan terhadap bentuk keislaman yang masih berjalan dengan tradisi. Islam yang tradisional dianggap sebagai Islam yang menyimpang dan memiliki kadar penyakit Takhayyul, Bid’ah dan Churafat (TBC).
Bagi kelompok ini, hanya dengan kembali kepada Alquran dan Hadis saja yang bisa membangkitkan kembali kejayaan Islam dalam relung sejarah. Membaca Surat Al-Maidah ayat 44 tentang hukum Allah memunculkan sikap yang kaku. Bahwa hukum Allah hanya Alquran dan Hadis saja. Sehingga berkaitan dengan negara, maka hukum yang ada dalam negara tidak sah. Efek domino dari ini semua muncullah organisasi baru yang cukup kuat untuk menegakkan Khilafah Islam di dunia. Sasarannya juga di Indonesia.
Lebih ekstrem lagi, terdapat kelompok yang selalu membenturkan dirinya dengan barat. Bahwa yang dari barat dianggap kafir. Hanya diri dan kelompoknya yang masuk surga. Sementara barat dianggap sebagai negeri kafir. Masuk neraka. Darahnya halal untuk ditumpahkan. Pada tataran yang lebih konkret, bentuk perlawannya dengan melakukan aksi-aksi terorisme.
Gerakan Nusantara Mengaji memiliki perbedaan wajah dengan bentuk dan formalitas yang sudah ada. Semangatnya memang kembali kepada Alquran. keberadaan Alquran tidak hanya dianggap untuk menyelesaikan masalah Islam semata. Tetapi juga dalam rangka untuk menyelesaikan masalah bangsa dan negara yang ada di Republik ini.
Ruang perspektifnya sudah berbeda. Memang benar, Alquran dianggap sebagai kitab utama umat Islam. Hanya saja, nalar yang ada di baliknya untuk penguatan terhadap rasa Kebhinekaan yang sudah menguat jauh sebelum negara ini lahir.
Akarnya dari pemikiran Kiai Hasyim Asy’ari saat menyikapi sikap umat Islam yang berkaitan dengan negara. Bahwa dalam perspektifnya, agama dan nasionalime tidak bisa dipertentangkan. Malah kedudukan nasionalisme kian diperkuat oleh dalil-dalil dari agama.
Resolusi Jihad adalah bukti sejarah yang konkret hasil pemikiran dari Kiai Hasyim dalam menafsirkan keberadaan agama dan negara di era mempertahankan kedaulatan di Republik ini.
Selain demikian, penting juga digalakkan tentang tafsir Alquran yang bisa mendukung harmoni dalam beragama. Alasan membela Tuhan dengan cara menghancurkan umat manusia merupakan parodi yang memilukan. Perilaku demikian dapat diindikasikan dari pengalaman mengaji dan mengkaji Alquran tidak pernah mendalam.
Ayat-ayat sosial porsinya memang lebih banyak daripada yang hanya bersinggungan dengan Tuhan semata. Menafikan ayat Alquran yang berdimensi wilayah sosial adalah pemaknaan yang tidak tuntas. Apalagi nalar vertikal yang berkaitan dengan relasi antara manusia dengan Allah akan selalu dibenturkan dengan agama lain yang berbeda keyakinannya.
Secara akidah, antara satu agama dengan agama yang lain memang harus diakui memiliki perbedaan. Tetapi secara nilai sosial, setiap agama mengingingkan umatnya untuk menjaga harmoni beragama.
Ketika nalar agama dan nasionalisme telah menjadi suatu pertalian yang erat, maka tafsir terhadap Alquran juga mulai moderat. Teks jihad tidak lagi diartikan sebagai perang dan kekerasan. Tetapi beralih fungsi sebagai upaya terwujudnya maqasidus syari’ah yang memang menjadi pondasi dasar bagi orang Islam.
Memulai dari Alquran merupakan pilihan efektif untuk bisa membuat suasana damai dalam dinamika kebangsaan yang berkembang. Karena titik pangkal dari semua bentuk gerakan dalam Islam berasal dari pemaknaan yang konkret terhadap ayat-ayat yang ada di dalamnya.
Kembali kepada Alquran yang mendamaikan adalah jawaban dari gelisah yang tidak selesai di negeri ini. Mengaji dan lebih-lebih dengan membaca maknanya merupakan salah satu obat hati yang bisa memberikan ketentraman. Apalagi melakukan kontekstualitasi dan pemaknaan yang lebih damai terhadap teks-teks Alquran tentu akan dapat mengikat Kebhinekaan yang sudah terjalin antara berbagai perbedaan agama, suku, budaya dan bangsa. [*]
Oleh: Ach. Taufiqil Aziz
Kader Muda NU Sumenep. Penulis Buku Dinamika NU Sumenep dalam Lintasan Masa