
Penulis: Sidik Nugroho
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2016
Tebal: 248 halaman
ISBN: 978-602-03-2429-6
Kasus bunuh diri tidaklah aneh karena sudah sering terjadi pada masyarakat modern yang sarat dengan tekanan dari beragam masalah. Polisi pun biasanya enggan mengusut lebih lanjut kasus-kasus bunuh diri.
Akan tetapi, ternyata berita bertajuk “Pengarang Ditemukan Tewas Gantung Diri” yang dimuat koran Pontianak Post, Minggu, 16 November 2014, sangat mengejutkan seorang seniman lukis bernama Elang Bayu Angkasa. Berita koran yang tidak detail itu membuat Elang penasaran.
Ketika membuka Facebook, Elang membaca sebuah kiriman tautan dari Effendi Raditya, salah seorang temannya di dunia maya. Effendi, seorang polisi berpangkat AKP (Ajun Komisaris Polisi) di dunia maya menulis di Facebook tentang misteri kematian Gagak Hitam. Elang lalu mengirim pesan ke Pak Effendi untuk mengajak bertemu. Mereka pun ngobrol lebih lanjut mengenai kasus bunuh diri tersebut di sebuah warung kopi.
Effendi lalu menceritakan tentang diri Elang kepada Inspektur Agung Prasetyo, rekan Effendi yang bertugas menyelidiki kasus kematian Gagak Hitam. Berkenalan dengan Agung dan Effendi telah membuka peluang Elang untuk menyelidiki kematian Gagak Hitam dengan menyamar sebagai detektif Yono. Mereka bertiga lalu menyelidiki kos yang disewa Gagak hitam. Dari hasil penyeldikan itu, mereka menemukan dua surat berwarna kuning yang diterbitkan Kantor Pos di Singkawang. Nota pertama berisi catatan pengiriman kepada dokter bernama Nina Sekarwati di Rumah Sakit Anda dan Bunda (RASB) Harapan Kita, Jakarta. Nota kedua berisi catatan pengiriman kepada Gabriel, dialamatkan ke Apotek Berkat di Kota Malang (hlm. 59). Ketika mereka mencoba mengontak kedua alamat tersebut, mereka mendapat kabar mengejutkan, yakni Dokter Nina Sekarwati ditemukan tewas gantung diri dalam keadaan hami (hlm.65). Demi penyelidikan selanjutnya, Elang pun berangkat ke Jakarta, tepatnya menuju RSAB Harapan Kita.
Di Jakarta. Elang menyamar untuk menyelidiki Dokter Bunga, sahabat Dokter Nina. Elang berhasil mendekati Dokter Bunga, bahkan mereka sempat berkencan di hotel tempat Elang menginap. Namun, penyamaran Elang diketahui Dokter Bunga dan nyawa Elang pun terancam. Dokter Bunga menyerang Elang dan hampir saja Elang kehilangan nyawanya.
Gagak Hitam adalah nama samaran dari seorang pengarang bernama Gunawan. Setelah lulus kuliah, dia menggantungkan hidupnya dari menulis. Dari kawannya waktu SMA, seorang dokter muda bernama Gabriel, Gunawan menadapat tawaran menulis biografi seorang dokter spesialis bedah plastik yang terkenal di Malang. Gunawan kemudian mendapat ide menunjukkan biografi tentang Dokter Wawan kepada beberapa dokter di Rumah Sakit Harapan Kita di Jakarta. Di rumah sakit itu, dia bertemu Dokter Nina Sekarwati dan mereka pun menjadi akrab, bahkan Dokter Nina akhirnya berselingkuh dengan Gunawan.
Novel Tewasnya Gagak Hitam menyajikan cerita misteri yang cukup menghibur pembaca. Bahkan, di akhir cerita, penulisnya memberi sinyal akan menerbitkan novel misteri berikutnya yang lebih seru. Sayangnya, novel ini sarat dengan kisah asmara yang suram. Sebagai tokoh utama, Elang doyan merayu dan meniduri wanita tetapi gagal dalam pernikahannya. Kisah asmara atau tepatnya perselingkuhan antara Gunawan si Gagak Hitam dan Dokter Nina berujung maut. Perselingkuhan juga terjadi antara Yogi dan Dokter Bunga yang merupakan sahabat istrinya sendiri, Dokter Nina. Novel ini seolah-olah menggambarkan betapa rapuhnya pernikahan dan mudahnya mendapatkan pasangan yang bersedia diajak berhubungan seks di luar nikah. Namun, semua itu kembali kepada pembaca bagaimana menyikapi suatu karya fiksi. Barangkali kisah-kisah ganjil asmara dalam novel inilah yang membuat novel misteri ini lebih nikmat dibaca. [*]
Oleh: Peng Kheng Sun
Penulis dan kritikus literasi