
BANGKALAN | koranmadura.com – Sudah lima hari sampah di Desa Gili Timur, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, tak diangkut oleh petugas kebersihan Badan Lingkungan Hidup. Selain menimbulkan bau menyengat, tumpukan sampah rumah tangga itu mengganggu pengguna jalan karena tumpukannya telah menutup sebagian badan jalan. “Mulai hari Sabtu gak diangkut,” kata Marwi, penjual mie ayam yang tinggal dekat tempat pembuangan sampah, Rabu (22/6).
Menurut pria asli Malang ini, bau tak sedap yang muncul karena sampah itu telah mengganggu perekonomian warga terutama yang membuka usaha kuliner. Marwi mengaku karena bau sampah, pengunjung warung bakso dan mie ayam miliknya mulai berkurang. Maklum, jarak warung Marwi dan tempat sampah hanya 5 meter. “Saya mau protes takut, Mas, kami hanya pendatang, jadi diam saja,” kata dia.
Marwi menuturkan, sebuah warung nasi yang terletak di seberang jalan tempat sampah hanya berani buka pada malam hari. Si pemilik warung pernah buka siang hari namun merugi karena hidangan yang disediakan malah dikerubung lalat. “Pembeli juga malas beli kalau makanannya dikerubutin lalat,” ungkap dia.
Tumpukan sampah itu, kata Marwi, bukan kali pertama terjadi. Biasanya sampah baru diangkut setelah satu minggu. Pernah ada petugas kebersihan harus mendatangkan alat berat begho karena tumpukan sampah tidak bisa diangkut manual. “Sampah ini milik warga perumahan Tellang dan mahasiswa UTM dibuangnya ke sini,” kata dia.
Camat Kecamatan Kamal Faisal berkomentar singkat soal tumpukan sampah tersebut. “Insyaallah hari ini sudah diangkut, sudah saya telepon petugasnya,” kata dia lewat pesan singkat.
Kepala Bidang Kebersihan, Badan Lingkungan Hidup Bangkalan, Imam Syafri mengatakan tumpukan sampah muncul karena volume sampah melebihi daya angkut truk petugas kebersihan. Kata Imam, jadwal pengangkutan di Kamal dua kali sehari pagi dan sore hari. “Jadi kita angkut dua kali, tapi warga buangnya tiga kali, pasti ada sisa sampah,” kata dia.
Kendala lain, kata Imam, minimnya jumlah armada. Untuk mengangkut sampah di Kecamatan Kamal, BLH hanya menyediakan satu truk. Akibatnya, belum sampai ke Desa Gili, truk sampah sudah penuh sehingga sampah lain tidak terangkut. “Tahun ini, kami akan beli truk baru untuk ditaruh di Kamal,” ujar dia.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Saat As’jari meminta soal tumpukan sampah di Kamal jangan dibebankan seolah tanggung jawab pemerintah semata. Kata dia, warga juga harus menunaikan kewajibannya membayar retribusi pajak ke pemerintah. Warga perumahan Tellang sudah dua bulan tidak bayar retribusi. “Harus ada timbal balik, kami membersihkan, warga bayar retribusi,” kata dia. (ALMUSTAFA/RAH)