BANGKALAN, koranmadura.com – Di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, selain sapi dan kuda, kelinci juga diadu kecepatan larinya laiknya kerapan sapi atau kuda sprint yang sudah jadi warisan budaya di Madura.
Lomba yang dalam bahasa Madura dinamai ‘Kerrap Marmuci’, kali ini digelar di Dusun Lembung, Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Minggu 6 November 2016 kemarin. Lomba diikuti 163 kelinci, pesertanya kebanyakan dari wilayah Kabupaten Bangkalan dan sebagian dari Kabupaten Sampang dan Kota Surabaya.
Sekali sprint diikuti tiga kelinci sekaligus, mereka akan beradu cepat di lintasan lurus sepanjang kurang lebih 100 meter.
Ketua Panitia Lomba, Sirat, mengatakan balapan memakai sistem gugur. Bagi yang kalah di penyisihan, akan diadu antar yang kalah. Istilahnya pemenang atas dan pemenang bawah. Pemenangan atas adalah kelinci yang tidak kalah di babak penyisihan sampai final, sedang pemenang bawah adalah yang tercepat di antara yang kalah.
“Hadiahnya utamanya televisi,” kata dia.
Meski kelinci, namun metode balapan sama seperti karapan sapi. Setiap kelinci yang akan diadu sprint dipakaikan kalung berlilit lonceng kecil. Bila sapi karapan dicambuk pakai paku, maka kelinci yang disprint dijepit pakai jepit aki kecil agar berlari dengan cepat.
Ada tiga bagian yang dijepit: punggung, pinggang dan ekor. Sebelum dilepas, kaki dan dubur kelinci disemprot cairan spirtus dan jemari kakinya dibungkus agar tidak luka. Di garis start, satu kelinci didampingi tiga orang: satu ‘joki’, satu pemegang bendera dan satu lainnya memegang kaleng berisi batu. Saat akan dilepas, kaleng digoyang menimbulkan suara bising yang akan membuat kelinci ketakutan sehingga berlari cepat. Suara bising berfungsi sebagai pecut kelinci.
“Kelinci yang diadu juga dirawat khusus, diberi jamu, dimandikan dan dijemur secara rutin,” kata Fathur Rosi salah satu peserta lomba.
Sejak kapan balapan kelinci ini dimulai belum diketahui secara pasti. Namun, balap kelinci mulai booming sekitar tiga tahun lalu, sejak Pemkab Bangkalan melarang kerapan sapi menggunakan cambuk paku. Larangan itu nyaris membuat lomba karapan sapi terhenti.
Warga Bangkalan, khusunya para penggemar adu kecepatan, beralih pada lomba balap kelinci. Lomba ini kemudian cepat digandrungi warga karena biaya murah, sehingga seluruh golongan ekonomi masyarakat bisa ikut serta. Berbeda dengan karapan sapi yang indentik hanya bisa diikuti orang-orang berduit.
Menurut Rosi, tidak semua kelinci bisa dilatih balapan. Hanya kelinci kecil jenis Satin, Havana atau Rex yang bisa dibalap. Sementara kelinci jenis Himalayan, Angora atau Jersey Woly hanya cocok untuk peliharaan. Kelinci yang menang lomba harganya akan melangit. Bisa mencapai Rp 2 hingga 5 juta perekor. (ALMUSTAFA/RAH)
