SAMPANG, koranmadura.com– Banyaknya yang hilang di Perpustakaan Daerah (Perpusda) Sampang karena dipinjam dan tidak dikembalikan, ditengarai karena pengelola perpus tidak mengelolanya dengan baik dan profesinal. Hal ini diungkapkan Pemuda Bangsal Bersatu (PBB) saat melakukan audiensi di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Sampang, Selasa, 17 Januari 2017.
Mereka mengkritik habis-habisan pengelolaan perpus yang dilakukan secara manual. Menurut mereka, seharusnya pengelaolaan perpus mestinya sudah dilakukan dengan system komputerisasi seperti perpus-perpus di daerah lain.
“Kalau ini tetap dibiarkan, lama-kelamaan buku di perpusda akan habis. Seharusnya perpusda sudah diekelola dengan system computer untuk meminimalisir kasus buku hilang. Lama-lama tidak aka nada yang dating ke perpus karena sudah tidak lagi mendapati buku yang dibutuhkan untuk menunjang studi mereka,” tutur Abu Bakrin, Ketua PBB.
Menanggapi aspirasi yang disampaikan dalam audiensi itu, Sekretaris Dinas Kearsipan dan Perpustakaan setempat, Harunur Rasyid membenarkan bahwa banyak buku di Perpusda yang dipinjam dan kemudian tidak dikembalikan. Namun pihaknya tidak lantas membiarkannya bukunya raib, ia mengaku sudah berupaya menghubungi peminjam, namun nomor seluler yang tertera di daftar peminjaman sudah tidak aktif. “Iya memang banyak yang hilang karena masih belum dikembalikan, setelah kami hubungi si peminjam, nomornya tidak aktif lagi,” katanya.
Selain itu, Rasyid mengakui jika buku di Perpusda saat ini jumlahnya masih terbatas. Oleh karena itu, pihaknya menjalin kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi yang ada di daerahnya untuk mendata buku-buku yang dibutuhkan oleh para mahasiswa. “Kalau mengenai komputerisasi kami sudah menyiapkannya dan untuk entry data buku-buku akan kami laksanakan tahun ini,” ucapnya.
Ditegaskan pula oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan setempat Sudarmanto, pihaknya akan mendata kembali buku-buku yang dilaporkan hilang, agar bisa ditelusuri atau diganti.
Selain itu, terkait minimnya ketersediaan buku, Sudarmanto mengaku belum tidak bisa serta merta memperbanyak buku karena keterbatasan anggaran. “Anggaran pengadaan buku untuk tahun ini sekitar Rp 150 juta, dan hanya untuk beberapa buku saja. Karena memang anggaran penyediaan buku itu minim,” tandasnya. (MUHLIS/BETH)
