JAKARTA, koranmadura.com – Air mata para korban penipuan First Travel menetes. Mereka sedih dan kecewa saat impian ibadah umrah ke Tanah Suci kandas.
Kesedihan dan kegundahan hati para korban penipuan First Travel dilarutkan dalam doa-doa, seperti yang dilakukan ratusan jemaah korban First Travel menggelar doa bersama di masjid Al-Hidayah, Pancoran, Jakarta Selatan, pada Minggu 27 Agustus 2017. Beberapa dari jemaah terlihat melantunkan ayat-ayat suci sambil menyeka airmata. Para jemaah seakan melampiaskan kesedihannya di dalam doanya.

“Saya cuma ibu rumah tangga, saya orang susah. Pengorbanan sekali saya mengumpulkan uang untuk umroh itu karena saya sangat ingin pergi umrah,” kata Sutimah sambil meneteskan air mata. Sutimah mendaftar umrah melalui First Travel pada Januari 2016 dan dijanjikan akan berangkat pada Maret 2017.
Kekecewaan juga melanda Supriyati (57) dan suaminya yang gagal berangkat umrah. Pihak First Travel menjanjikan Supriyati akan diberangkatkan pada Mei 2017. Biaya umrah yang dibayar per orang Rp 14,3 juta. “Itu uang pensiunan suami saya karena dulu lama kerja jadi sopir di perusahaan swasta, dua tahun lalu bapak dapat uang 10 juta. Sisanya saya tabung sudah lama sekali, saya lupa ditambah juga sama anak saya biar bisa berangkat,” kata Supriyati, yang tinggal di Depok.
Kisah sedih pun dialami Kayah Rokayah (69). Perempuan yang akrab disapa Mak Ayah ini dijanjikan berangkat umroh pada Desember 2016 oleh First Travel. Mak Ayah lalu menggelar syukuran digelar di kediamannya di Garut, Jawa Barat, pada November 2016. Mak Ayah lau berangkat ke Jakarta pada November 2016 dengan keyakinan akan diberangkatkan pada Desember 2016. Namun kabar keberangkatan tak kunjung datang. Keberangkatan Mak Ayah bersama empat orang keluarganya malah ditunda dengan alasan yang tak jelas dari First Travel.

Janji tinggal janji, Mak Ayah tak kunjung diberangkatkan ke tanah suci hingga ajal menjemputnya pada 24 Agustus 2017 lalu. “Ibu saya bercita-cita sekali pergi ke tanah suci. Sejak tahun 2015 dia mendaftar ke First Travel. Tapi kemarin dengar kabar kasusnya dia langsung ngedrop.
Dia nggak mau pulang ke Garut juga karena sepertinya dia malu sama tetangga di Garut,” ungkap Rahmat, putra Mak Ayah di rumah duka di Kampung Tegal Jambu, Kelurahan Pananjung,Tarogong Kaler, Garut.
Rokayah kini telah dikebumikan di kampung halamannya di Kampung Tegal Jambu, Kelurahan Pananjung, Tarogong Kaler, Garut. Keluarga berharap agar pihak berwajib memberikan hukuman berat bagi para pimpinan First Travel. “Mereka sudah zalim. Saya harap pelaku dipenjarakan oleh polisi,” pungkas Rahmat.
Keponakan Mak Ayah, Much Sirojudin Muslim mengatakan Mak Ayah depresi atau terbebani karena gagal umrah. “Ini khusus bibi saya sendiri, setelah itu mungkin bikin dia menjadi ya memang usia di tangan Allah. Tapi setidak-tidaknya beban secara mental,” tutur Muslim.
Kondisi para korban berbanding terbalik dengan gaya hidup bos First Travel Andika Surachman dan istrinya, Anniesa Devitasari Hasibuan, yang glamor dan bergelimang harta. Saat korban bersusah payah mengumpulkan uang untuk umrah, bos First Travel justru hidup serba mewah dan tidak dapat mempertanggungjawabkan nasib jemaah.
Jemaah kini berharap uangnya dapat kembali meski mereka batal menunaikan ibadah umrah. Berbagai cara harus dilakukan walau dengan menjual aset yang dimiliki bos First Travel. “Mestinya aset-asetnya dilelang saja supaya uang jemaah bisa dikembalikan. Hidup mewah kok dari hasil tipu-tipu,” kata Ami, calon jemaah umrah First Travel dari Depok.
Senada dengan Ami, Rachmawati juga mengaku kesal dengan kelakuan Andika dan Anniesa. Dia mengharapkan kedua orang tersebut bisa mendapatkan hukuman setimpal atas perbuatannya kepada ribuan jemaah. “Saya mau mereka dihukum seberat-beratnya dan denda sebesar-besarnya supaya bisa mengembalikan dana calon jemaah. Saya tidak rela, tidak ikhlas dunia akhirat, 7 turunan uang kami dipakai untuk hedon seperti itu,” ujarnya.
Kisah-kisah ini hanya menggambarkan kesedihan segelintir dari puluhan ribu korban penipuan First Travel. Polisi menyebut dari periode Desember 2016 hingga Mei 2017, ada 72.682 jemaah promo yang telah membayar. “Kalau kita hitung kerugiannya, untuk yang membayar saja, kalau Rp 14.300.000 dikalikan 58.682, angkanya mencapai Rp 839.152.600.000,” kata Dirtipidum Polri Brigjen Herry Rudolf Nahak.
Dalam kasus dugaan penipuan, bos First Travel Andika Surachman dan istrinya, Anniesa Devitasari Hasibuan ditangkap polisi pada 8 Agustus 2017. Keduanya ditangkap usai menggelar jumpa pers di Kementerian Agama. Dalam jumpa pers itu, First Travel meminta sanksi administrasi dari Kemenag dicabut.

Bahkan, dua pekan sebelum ditangkap polisi, Bos First Travel Anniesa Hasibuan sempat mengumpulkan agen-agen First Travel. Di depan para agen, Anniesa mengakui keuangan perusahaan berantakan.
Polisi menetapkan bos First Travel, Andika Surachman dan istrinya, Anniesa Devitasari Hasibuan, sebagai tersangka. Belakangan, adik bos First Travel, Kiki Hasibuan, juga dijadikan tersangka. Dalam perkara ini sejumlah aset yang telah disita polisi adalah kendaraan bermotor, rumah mewah di Sentul City, rumah di Kebagusan, rumah di Cilandak yang dikontrakkan, juga kantor First Travel di Atrium Mulia dan di Jl Radar AURI, Depok, serta butik di Kemang.
Selain itu, polisi juga meminta bantuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk melacak aliran dana pada 30 tabungan. Hingga Jumat 25 Agustus 2017, pihak Bareskrim Polri sudah mengembalikan 384 paspor korban dugaan penipuan perjalanan umrah First Travel. (detik.com)