BOGOR, koranmadura.com – Presiden Joko Widodo menduga ada yang merancang isu kasus tantara China masuk Indonesia dan penyerangan terhadap pemuka agama. Menurut Jokowi, kabar tersebut tidak semuanya benar.
“Misalnya, ada berita puluhan tentara RRC masuk (ke Indonesia) lewat Soekarno-Hatta. Setelah kami cek ke kepolisian, enggak ada dan berita itu enggak benar. Kemudian ada pula kasus penyerangan terhadap upama. Isunya di media sosial ada 41 kasus. Setelah dicek enggak benar. Yang benar, hanya tiga kasus. Itu pun sedang dalam penanganan serius kepolisian,” papar Jokowi.
Menurut Jokowi, kabar-kabar bohong tersebut beredar di media sosial bukan karena ketidaktahuan, tapi sepertinya memang ada yang mendesain untuk memperkeruh suasana.
“Rasa-rasanya tidak mungkin berita itu ada karena tidak tahu. Sepertinya itu ya disengaja untuk memperkeruh suasana. Inilah yang harus kita cegah dan kita tindak sesuai hukum yang berlaku. Dan itu saya tegas sampaikan ke Polri. Tindak tegas pelakunya!” tandas Jokowi.
Kepala negara mengatakan isu yang beredar luas di media tersebut sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, sehingga membuat kebebasan mengemukakan pendapat menjedi lebih seru.
“Tersedianya teknologi informasi, khususnya sosial media, memberi kesempatan untuk warga negara menyampaikan aspirasi, membuat pemimpin lebih mudah mendengar rakyat dan interaksi sosial lebih gampang,” ujar Jokowi, Sabtu, 10 Maret 2018.
Fenomena menghujat, menebar berita bohong, dan hal negatif lainnya di media, menurut Jokowi, tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga terjadi di negara lain di dunia. (KOMPAS.com/RAH/DIK)