JAKARTA, koranmadura.com – Sudah tak terhitung berapa kali gempa melanda Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ribuan banguna rusak, ratusan korban berjatuhan. Benar-benar nestapa. Bahkan selama 6 bulan ke depan, NTB masuk kategori awas gempa.
Namun, ada sisi lain dari gempa yang mengguncang Lombok, NTB, yakni sebuah masjid yang terbuat dari anyaman bambu di Kampung Adat Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Meski sudah berusia ratusan tahun, masjid bernama Bayan Baleq itu tetap saja berdiri kokoh walaupun gempa berkali-kali melanda.
Menurut Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sarwidi, karakter bambu memang ringan, tapi kuat. “Karakter bambu dan kayu memang umumnya ringan dan daktail atau liat dibandingkan dengan beton atau tembok, tapi kuat,” ujar dia seperti yang ditulis Tempo Senin, 3 September 2018.
Sebagaiman dilansir dari laman wisada di Lombok, masjid itu dibangun pada tahun 1634 dengan memiliki dinding rendah anyaman bambu. Sementara bagian atapnya juga tersusun rapi bilah bambu dengan pondasi tumpukan batu kali dan berlantai tanah.
Masjid Bayan Beleq berjarak 80 kilometer dari ibu kota Provinsi NTB, dan sama sekali tidak mengalami kerusakan. Menurut laman Antara News, kerusakan masjid tersebut hanya pada pagar tembok yang terlihat berserakan akibat gempa.
“Bangunan yang dibangun dengan bahan-bahan dan struktur yang semakin ringan dan semakin daktail akan semakin meningkatkan ketahanan gempanya,” kata Sarwidi yang juga guru besar bidang rekayasa kegempaan di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta itu.
Berdasarkan informasi yang diimpin dari berbagai sumber, masjid kuno itu merupakan salah satu warisan budaya yang harus dipelihara sebagai situs cagar budaya yang berkontribusi dalam warisan nasional. Masjid ini berbentuk busur sangkar, dengan panjang 8,9 meter yang ditopang 4 tiang utama dari kayu nangka berbentuk bulat setinggi 4,6 meter.
Sarwidi juga memiliki inovasi bangunan tahan gempa bernama Barrataga dengan konsep menguatkan pondasi dan rangka bangunan. Menurutnya, bambu yang diolah dengan baik dapat tahan lama, bahkan hingga ratusan tahun lamanya.
“Bambu dan kayu yang diproses dan dirawat bagus dapat bertahan ratusan tahun. Zaman dulu bambu dan kayu harus diproses panjang atau lama dengan direndam di kolam atau sungai sampai beberapa tahun sebelum digunakan untuk bahan bangunan,” jelas Sarwidi. (TEMPO.co/SOE/DIK)