Oleh : Miqdad Husein
Kampanye Pemilu 2019 telah dimulai dengan didahului kampanye damai Pilpres. Walau sempat diwarnai walk out Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, acara yang digelar KPU itu berlangsung lancar. Para pendukung kedua pasangan bergembira ria dengan diawali pelepasan burung merpati sebagai tanda kesungguhan melaksanakan kampanye secara damai.
Masyarakat Indonesia yang menyaksikan kampanye damai itu tentu senang menyaksikan Jokowi dan Prabowo duduk bersanding penuh keakraban. Keduanya tampak sumringah, selalu tersenyum juga kepada siapapun yang dijumpainya. Suasana persaudaraan dan keakraban benar-benar sangat tampak dan terasa pada acara bernuansa pakaian ada berbagai daerah itu.
Siapapun yang berpikir jernih tentu berharap suasana damai kedua calon Presiden Indonesia tahun 2019 sampai 2024 itu terus berlanjut pada seluruh proses pemilu. Diharapkan pula ketika telah terpilih Presiden hasil Pemilu 2019 suasana persaingan damai lebih mengental lagi mewujud kedamaian yang tak lagi dibatasi perbedaan dukungan. Semua masyarakat menerima siapapun yang terpilih sebagai Presiden mendatang. Yang mendukung dan yang berbeda dukungan menyatu dalam barisan kepemimpinan Presiden terpilih.
Kesedian move on meninggalkan perbedaan dukungan selama Pilpres itu penting untuk membentuk energi besar negeri ini menghadapi tantangan berat kehidupan yang terbentang di depan mata. Hanya kekuatan kebersaman, kerja keras sebagai bangsalah yang akan mampu menjawab tantangan berat itu.
Sebaliknya, jika rakyat negeri ini dari pendukung manapun tetap terbelenggu persaingan Pilpres tanpa akhir, bukan hal luar biasa jika negeri ini terjebak dalam kesulitan. Terlalu besar tantangan yang terbentang sehingga tak seorang dan sebuah kelompokpun yang dapat menyelesaikan sendiri. Kesatuan dan persatuan serta persaudaraan seluruh bangsa Indonesialah yang dapat memberikan harapan menjawab tantangan berat itu.
Di sinilah penting seluruh kontestan pemilu agar dalam proses seluruh pemilu menghindari semaksimal mungkin berbagai lontaran materi kampanye dan lainnya yang dapat merenggangkan hubungan persaudaraan anak bangsa. Saling fitnah, menyebar hoaks, memplintir berita, menghina antar kandidat, menyebar ujaran kebencian termasuk pula menjadikan agama sebagai amunisi permusuhan harus dihindari.
Perlu semaksimal mungkin dihindari hal-hal yang dapat menimbulkan luka sehingga terjadi keretakan antar anak bangsa. Semangat persaingan diarahkan sepenuhnya untuk menyampaikan gagasan terbaik. Yang dikembangkan adu gagasan, konsep, pemikiran, program dan hal-hal lain yang akan dikerjakan ketika para kandidat terpilih.
Memang tidak mudah menghindari godaan untuk terus menerus mengikuti proses Pemilu dengan kesadaran dalam bingkai menjaga perdamaian dan persaudaraan. Selalu menyelinap keinginan menarik simpati dan dukungan melalui cara-cara dan penyebaran informasi yang kadang jauh dari proporsional.
Kesadaran dan semangat untuk mencerdaskan masyarakat dalam berpolitik sering mudah kalah oleh godaan untuk sekedar memperbanyak dukungan walau harus menebar informasi menyesatkan, fitnah, hoax dan hal negatif lainnya. Pilihan informasi dan materi sosialisasipun kadang hanya atas dasar pertimbangan bernilai seksi untuk menarik dukungan tanpa dipikirkan akibat jangka panjang.
Ada contoh menarik tentang pilihan persoalan yang sering dikemukan oleh elite politik. Soal Cina misalnya, yang diangkat dan dijadikan amunisi sosialisasi sebatas persoalan Tenaga Kerja Asing (TKA) Cina. Pilihan itu karena memang sangat mudah mengaduk-aduk emosi. Apalagi ketika masih ada sebagian masyarakat Indonesia yang gagal bersaing mengisi lowongan kerja. Mudah sekali info itu membangkitkan sikap emosi dan rusaknya pikiran jernih.
Pilihan-pilihan yang sekedar mempertimbangkan menarik dukungan melalui informasi TKA sangat jelas berbahaya. Pertama, tentu faktor bangkitnya emosi masyarakat. Yang kedua, persoalan yang dikemukakan bukan subtansi tapi sekedar bagian kecil dari seluruh persoalan. TKA Cina bukan masalah sesungguhnya melainkan hanya bagian kecil dari persoalan ekspansi ekonomi Negara Cina yang memang sangat dasyat sehingga negara seperti Amerika Serikat, Negara-negara di Eropa, Jepang, Korea kelabakan.
Dengan menyampaikan informasi sepotong itu tidak akan membangkitkan kesadaran rakyat negeri ini dalam menghadapi tantangan berat. Yang lebih muncul akhirnya sikap emosional dan bukan rasional bagaimana mempersiapkan diri menghadapi ekspansi dasyat ekonomi Negara Cina.
Di sinilah pentingnya kesadaran elite politik dalam menghadapi Pemilu 2019 untuk lebih mengedepankan upaya mencerdaskan masyarakat dan bukan justru sekedar membangkitkan emosi demi kepentingan memperoleh dukungan. Sah saja mengharap dukungan. Namun selayaknya jangan sampai mengorbankan kepentingan negeri ini apalagi bila sampai merusak kedamaian, kebersamaan, persaudaraan yang dapat melemahkan kemampuan negeri ini dalam menghadapi tantangan berat yang terbentang di depan mata.
Sumrihnganya Jokowi dan Prabowo telah memulai proses Pemilu damai. Para elite di sekeliling kedua calon Presiden RI itu seharusnya meneruskan kedamaian dan kegembiraan yang diperlihatkan keduanya. Damailah negeriku, majulah bangsa dan negara Indonesia.