KORANMADURA.com – Aturan baru ekspor yang diterapkan Jepang pada material tertentu ke Korea Selatan berpotensi memanas jadi krisis, bahkan perang dagang. Vice Chairman Samsung, Jay Y Lee, pun menyambangi Jepang untuk coba memperbaiki situasi.
Lee adalah cucu pendiri Samsung dan sering dianggap ‘putra mahkota’ yang akan mengambil alih pucuk pimpinan tertinggi. Di Jepang, Lee dikabarkan berdiskusi dengan para pemimpin bisnis terkait untuk mendiskusikan masalah yang terjadi.
Bulan lalu, Jepang memperketat izin ekspor 3 material di mana mereka adalah produsen dominan. Yakni photoresist yang dipakai di industri semikonduktor, hydrogen fluoride yang penting dalam proses pembuatan chip dan fluorinated polymides yang digunakan di layar smartphone.
Dikutip detikINET dari ZDNet, izin pada pemerintah bisa sampai 90 hari yang mempersempit ruang gerak Samsung, LG sampai SK Hynix yang membutuhkan material itu.
Fluorinated polymides misalnya, amat diperlukan dalam pembuatan layar OLED, termasuk yang fleksibel. Sedangkan hydrogen fluoride adalah bahan kunci di produk semikonduktor. Jepang kabarnya mengontrol 90% pasar dua material tersebut.
Samsung Electronics sendiri adalah produsen semikonduktor memory terbesar di dunia. Chip buatan mereka mencakup 20% ekspor Korea Selatan.
Hong Nam ki selaku Menteri Ekonomi dan Keuangan serta Deputi Perdana Menteri Korsel meminta Jepang membatalkan pembatasan tersebut. Jika tidak, maka dikhawatirkan akan berimbas negatif pada ekonomi global.
“Jika beruntung, industri chip mungkin bisa menyesuaikan cadangan komponen. Bisa jadi happy ending jika masalah Jepang ini terselesaikan. Namun demikian, percampuran antara bisnis dan politik membuat sulit menemukan solusi,” cetus Jongjun Wo dari Lime Asset Management Co. (DETIK.com/ROS/VEM)