SUMENEP, koranmadura.com – PT Sumekar salah satu badan usaha milik daerah (BUMD) di Kabupaten Sumenep berencana melelang ‘bangkai’ Kapal Dharma Bahari Sumekar (DBS) II. Sesuai hasil appraisal barang rongsokan itu ditaksir mencapai Rp 1 miliar.
Namun, upaya tersebut tampaknya mendapat kritik dari Anggota DPRD Sumenep, H. Masdawi. Politisi Demokrat mengaku kurang setuju jika bangkai kapal tersebut dilelang meski harganya dinilai cukup fantastis.
“Buat apa Pemkab terima uang itu, lebih kan dialihfungsikan saja,” katanya saat dikonfirmasi media.
Alih fungsi yang dimaksud kata dia dengan cara dialihkan ke tempat lain, semisal dijadikan sebagai monumen yang ditempatkan di Taman Bunga (pusat kota).
“Itu kan proyek gagal, kenapa tidak diletakkan saja di Taman Bunga sebagai monumen produk gagal. Agar ini menjadi sejarah karya anak bangsa membeli barang bekas tidak terulang kembali, juga sebagai dokumen sejarah jika beli berang bekas jadinya barang rongsokan,” jelas pria yang saat ini menjadi Anggota Komisi II DPRD Sumenep itu.
Atau bisa juga kata dia dialihfungsikan dan ditempatkan di salah satu destinasi wisata. Hal itu untuk menunjang keberlangsungan pariwisata ke depan.
Dicontohkan, barang itu diletakan di pinggir pantai, baik Giliyang, Gili Labak, atau Pantai Lombang, untuk dijadikan restoran apung yang juga dijadikan tempat mancing bagi wisatawan.
“Itu kan lebih asyik untuk memantik wisatawan dan bisa menunjang pendapatan daerah ke depan. Saya yakin income yang didapat akan lebih besar dibandingkan dilelang saat ini. Karena itu berkelanjutan,” tegasnya.
Hal itu sangat bisa dilakukan asalkan, lanjut Masdawi, Pemerintah Kabupaten Sumenep memiliki kemauan yang kuat. “Di Malang pesawat dipindahkan ke pusat kota Batu bisa, masak itu tidak bisa,” tuturnya.
Kapal DBS II merupakan sarana transportasi laut yang dikelola PT Sumekar. Saat beroperasi, kapal tersebut melayani rute Pelabuhan Kalianget menuju Pulau Kangean dan Pulau Sapeken. Namun, sejak beberapa tahun lalu dibiarkan mangkrak di Pelabuhan Kalianget mengingat kondisi kapal yang sudah tidak laik operasi. Semakin lama tingkat kerusakan kapal semakin banyak. Sehingga menyebabkan harga kapal akan terus menurun. Itulah salat satu alasan PT Sumekar segera melelang “bangkai” Kapal DBS II tersebut. (JUNAIDI/SOE/VEM)