KORANMADURA.com – Tanah retak sepanjang 70 meter di Desa Kebandaran, Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang membuat resah warga. Camat Bodeh, Mubarok, menduga tanah retak terjadi karena saluran air hujan tak mampu menampung debit air.
“Penyebabnya saluran air, untuk buangan air hujan tidak bisa menampung (air hujan) yang terjadi pada Minggu lalu,” kata Mubarok saat dihubungi detikcom, Jumat (1/11/2019).
Akibat tak tertampung di salurannya, air hujan meluap dan mengalir ke tanah permukiman hingga ke Sungai Layangan.
“Tanah permukiman yang berada di bantaran sungai menjadi lunak dan terjadi keretakan,” imbuhnya.
Mubarok menjelaskan bahwa dia dan tim dari BPBD Pemalang telah memeriksa lokasi kejadian.
“Hasil analisanya seperti itu,” tambahnya.
Dia juga telah menyampaikan usul kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUTR) agar saluran air yang berada di sepanjang jalan kabupaten dinormalisasi.
“Kita usulkan lakukan pembuatan brojong, agar dapat menahan pergerakan tanah yang tergerus ke sungai,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Desa Kebandaran, Sumarto mengungkap bahwa retakan tanah mulai terjadi usai hujan selama 1,5 jam mengguyur daerah tersebut.
“Lama tidak hujan, saat itu siang terjadi hujan, selama satu setengah jam. Sorenya tanah mulai retak. Saat ini, kedalaman retakan diperkirakan 2 meter, dengan lebar lubang 69 cm dan memanjang sekitar 70 meter,” ujar Kepala Desa Kebandaran, Sumarto pada detikcom di Desa Kebandaran, Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang, Jumat (1/11).
Sumarto menjelaskan bahwa keretakan tanah awalnya tak begitu parah. Namun ukuran retakan tanah ternyata semakin bertambah dari hari ke hari.
(DETIK.com/ROS/VEM)