KORANMADURA.com – Selama sepekan terakhir warga di Dusun Kepek I, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, digegerkan dengan kemunculan puluhan anakan kobra. Salah satu warga bahkan memilih mengungsi karena ketakutan.
“Jadi ular-ular itu mulai keluar sejak Senin (2/12) pekan lalu, yang pas pertama itu muncul 3 ekor (anakan kobra). Dari tiga ular itu, dua masuk ke dalam kamar dan satu ada di teras rumah warga,” kata Kepala Dusun Kepek I Sukirno saat ditemui detikcom di lokasi pembongkaran talud, Jumat (13/12/2019).
Warga itu mengungsi selama lima hari empat malam dari Sabtu (7/12) hingga Rabu (11/12) malam. Keluarga Setyo Murti Rahayu memilih mengungsi saat warga membongkar talud yang diduga sebagai sarang ular berbisa itu. Sebab, rumah warga tersebut berada tepat di atas talud yang dibongkar.
“Yang punya mengizinkan karena takut ularnya keluar lagi dan masuk rumah. Apalagi dia punya anak 2, satu baru lahir dan satunya umur 3 tahun, terus karena takut, yang punya rumah sementara mengungsi sampai pembongkarannya selesai,” ujar Sukirno.
Pantauan detikcom di lokasi, beberapa warga tampak sibuk membongkar talut yang berada di samping rumah salah seorang warga. Sesekali warga terlihat mundur beberapa langkah usai membongkar cor semen pada talut tersebut untuk mengantisipasi kemunculan ular secara tiba-tiba dari balik tanah yang tertutup cor-coran.
Sukirno menuturkan selama satu pekan terakhir pihanya sudah mendapatkan sekitar 21 anakan kobra. Satu induk kobra juga berhasil ditangkap warga di area pohon bambu dekat pekarangan warga.
“Jadi dari Senin (2/12) sampai kemarin Selasa itu sudah ada 21 ekor anakan ular kobra yang ditangkap, kalau indukannya baru satu ekor. Jadi total ular yang sudah ditangkap itu ada 22 ekor (ular kobra),” katanya.
Sukirno tak menampik kemunculan kobra ini sudah sering terjadi di desanya. Dari catatannya pada 2017 warga berhasil menangkap 32 ekor anakan ular kobra dan 2018 berhasil menangkap 17 ekor anakan ular kobra.
“Sebenarnya itu sudah biasa, tapi paling parah tahun ini karena sampai masuk ke dalam rumah warga. Kalau yang sebelum-sebelumnya itu hanya di pekarangan atau di jalan-jalan kampung saja,” ceritanya. (DETIK.com/ROS/VEM)