KORANMADURA.com – Anna Cowling (34) asal Essex, Inggris, mengalami kondisi kronis di mana ia merasa kembung hanya dengan menyisip sedikit air. Tak hanya itu, kini ia hanya bisa memakan makanan lembut dan juga selalu merasa mual.
Wanita yang bekerja sebagai polisi ini didiagnosis gastroparesis sejak 2017 lalu. Gastroparesis merupakan sebuah kondisi kronis yang membuat perutnya membutuhkan waktu yang cukup lama dari biasanya untuk mencerna makanan.
Selain merasakan kembung terus-menerus, Anna juga mengalami nyeri yang intens di tiap sendinya dan harus menghabiskan waktu duduk atau berada di rumah sakit. Oleh karena itu ia harus rela meninggalkan pekerjaan impiannya di kantor polisi yang ia geluti sejak tahun 2011.
“Sangat sulit untuk melakukan apapun. Saat di rumah aku hanya terus-terusan duduk di sofa, orang tuaku harus melakukan segalanya untukku dan aku selalu berada di rumah sakit. Aku hanya bisa makan makanan lembut jadi aku makan yogurt saat sarapan, sup untuk makan siang, dan kentang tumbuk untuk makan malam tapi harus benar-benar halus. Aku hanya ingin membaik,” katanya, dikutip dari Metro UK.
Anna memang memiliki masalah pencernaan dan usus sejak ia lahir. Diakuinya, saat kecil ia hanya bisa pergi ke toilet sekali seminggu. Pada 2015 ia menyadari perubahan besar saat ia hanya bisa buang air besar (BAB) sekali sebulan.
Ia sudah mencoba segala cara sampai meminum pencahar sekalipun tidak bekerja. Semuanya memburuk sampai tahun 2017, ia kerap mengalami nyeri di perut dan sendinya dan ia BAB dua bulan sekali, dan tak ada yang bisa dilakukannya.
Selain gastroparesis, Anna juga terdiagnosis penyakit langka sindrom Ehlers Danlos (EDS), yang mengenai jaringan ikat di tubuh. Pasien EDS memiliki risiko tinggi komplikasi apabila ditidurkan dengan obat bius saat operasi, karena pendarahannya memakan waktu cukup lama sehingga menyebabkan luka semakin lama untuk sembuh.
Kedua penyakit yang diidapnya belum memiliki obat yang sesuai, namun banyak yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup Anna. Salah satu pilihannya adalah gastric pacemaker, namun biayanya sangat mahal dan Anna tak mampu membelinya.
Alat pacemaker ini nantinya akan dipasang di perut dan mempercepat pengosongan perut Anna, tapi harus diganti tiap sepuluh tahun sekali. Pilihan keduanya adalah sebuah prosedur yang akan memotong perutnya, namun prosedur ini tidak ada di Inggris. Ia membuka laman donasi untuk bisa mendapatkan salah satu dari pilihannya untuk bisa berkegiatan normal.
“Sebelumnya aku sangat aktif dan tak bisa diam, selalu melakukan sesuatu namun kini aku merasa sangat sakit. Aku mencintai pekerjaanku karena itu adalah sesuatu yang sangat ingin kulakukan. Tiap bangun aku selalu merasa gembira akan pergi bekerja. Bila aku bisa mendapatkan operasi ini aku ingin sekali kembali (bekerja) walau hanya paruh-waktu,” tandasnya. (DETIK.com/ROS/DIK)