Oleh: MH. Said Abdullah*
Larangan mudik lebaran yang telah diputuskan pemerintah selintas seakan hanya menyangkut kepentingan mencegah penyebaran virus Covid-19. Padahal ada pertimbangan besar di luar soal Corvid-19 yang dampaknya bisa memberi pengaruh signifikan pada perkembangan kehidupan masyarakat negeri ini.
Soal kesehatan sebagian besar masyarakat tentu telah memahami. Bahwa mudik bisa menjadi arus dasyat penyebaran virus Covid-19. Kedatangan para pemudik dari kota yang tak terdeteksi terinfeksi ketika sampai di tujuan mudik akan mudah sekali menyebarkan virus Covid-19 kepada keluarganya.
Yang berbahaya dari kajian secara medis sasaran penyebaran sebagian besar para orangtua pemudik. Mereka, karena usia rata-rata melewati separuh baya memiliki tingkat immunitas tubuh yang sudah mulai berkurang. Karena itu bila mereka terinfeksi virus Covid-19 sangat membahayakan nyawanya.
Hal lain yang layak mendapat perhatian kondisi desa atau kampung jelas jauh berbeda dalam ketersediaan fasilitas kesehatan. Penanganan pasien terinfeksi Covid-19 memerlukan kelengkapan alat medis relatif lengkap yang belum tentu tersedia selain di kota-kota besar.
Dari sini saja terpapar jelas kompleksitas dampak yang dapat ditimbulkan dari aktivitas mudik di masa pandemi Corvid-19 ini. Masyarakat di tujuan mudik mudah terinfeksi, ketersediaan fasilitas kesehatan terbatas serta usia yang rentan dari keluarga pemudik serta ancaman bahaya kematian yang luar biasa.
Semua itu masih sebatas persoalan terkait medis atau kesehatan. Di luar kesehatan ternyata ada ancaman bahaya yang tak kalah mengkhawatirkan. Sebuah ancaman bahaya efek domino luar biasa bila ternyata virus menyebar ke desa-desa.
Dalam kurun waktu lebih tiga bulan ini penyabaran virus Covid-19 terkonsentrasi di kota-kota besar. Masyarakat perkotaan yang lebih banyak menjadi korban terinfeksi. Sementara masyarakat di desa praktis belum tersentuh dan aktivitas ekonomi masih dapat berjalan baik.
Masyarakat desa tetap aktif bertani, beternak, mengembangkan palawija dan lainnya. Mereka karena belum terpengaruh Covid-19 dapat beraktivitas seperti biasa sehingga tetap mampu menghasilkan produk kebutuhan keseharian untuk dikirim ke kota-kota. Kebutuhan masyarakat kota karena kehidupan di desa masih relatif normal sama sekali tidak terganggu.
Suasana yang berjalan baik ini bisa mengalami kekacauan luar biasa bila masyarakat desa terimbas terinfeksi Covid-19. Bukan hanya menimbulkan problem kesehatan luar biasa. Pada tahap lebih lanjut karena kondisi kesehatan memburuk masyarakat desa tak bisa lagi produktif. Tak akan ada lagi pasokan kebutuhan keseharian yang dapat dikirim ke kota-kota.
Jika pandemi ini terus berlanjut dan negara lain mengalami hal yang sama, problem kebutuhan pokok keseharian akan menjadi masalah nasional. Desa tak bisa lagi memasok ke kota sementara negara lain tentu berpikir kepentingan kebutuhan rakyatnya sehingga menghentikan aktivitas ekspornya. Benar-benar ancaman bahaya sangat serius.
Berbagai prediksi dan perkembangan penanganan virus Covid-19 belakangan memang memperlihatkan harapan cerah. Cina misalnya sudah berhasil dalam percobaan vaksin ke hewan kera. Beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Eropa juga memperlihatkan tanda-tanda menggembirakan. Di Indonesia pun ada perusahaan farmasi walau belum optimal telah mampu memproduksi obat potensial.
Namun demikian, di tengah tanda-tanda menggembirakan itu mutlak masyarakat negeri ini perlu mengantisipasi hal-hal kemungkinan terburuk jika pandemi masih berdurasi panjang. Antara lain bagaimana menjaga ketahanan dan kesehatan masyarakat desa dengan tidak mengirim virus Covid-19 melalui aktivitas mudik. Resikonya sangat berbahaya jika masyarakat desa terimbas pandemi. Akan ada efek domino yang berbahaya selain problem kesehatan.
Tunda mudik demi kepentingan dan kesehatan orangtua serta kepentingan seluruh masyarakat negeri ini. [*]
*Ketua Badan Anggaran DPR RI