SUMENEP, koranmadura.com – Di tengah pandemi Corona, sistem bersosial berubah. Ragam kegiatan harus dijalani tanpa tatap muka dan keramaian, termasuk acara-acara yang sudah disiapkan sedemikian rupa juga gagal terlaksana.
Kenapa? Karena pemerintah memberlakukan social distancing. Sehingga bekerja, belajar, dan meeting dilakukan dari rumah masing-masing. Akibatnya, semua dilakukan secara daring.
Sejak imbauan itu diberlakukan, rumah menjadi satu-satunya tempat paling aman dari penyebaran virus Corona. Meskipun ada banyak warga yang merasa terpukul lantaran tak bisa lagi cari nafkah demi pundi-pundi rupiah. Sebab, Corona bukan saja bikin lesu, tetapi juga lumpuh. Para pedagang mengeluh. Apalagi warga yang masuk kategori kurang mampu.
Ekonomi warga turun ke didik nadir. Atas dasar itulah, Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Dungkek, Sumenep, Madura, Jawa Timur bersama Koran Madura turun tangan untuk ikut ambil bagian memikirkan nasib warga-warga terdampak Covid, lebih-lebih anak yatim.
Namun, pandemi memaksa IAA Dungkek-Koran Madura mengubah konsep acara, karena yang awalnya tanpa batas, kini harus digelar dengan terbatas. “Kami ubah konsep, yakni turba langsung ke desa-desa untuk menyantuni anak yatim maupun piatu. Setiap desa 10 orang. Di Dungkek ada 15 Desa, namun, kita fokus dulu di daratan, karena duanya di pulau,” kata Ketua IAA Dungkek Peduli (ID-Peduli), Matzeri.
Menurut Matzeri, santunan kepada 133 anak yatim sudah dilakukan sejak kemarin, Rabu, 13 Mei 2020. Ada lima desa yang sudah selesai dengan 53 anak yatim, di antaranya Desa Bicabi, Romben Guna, Romben Rana, Romben Barat dan Jadung.
“Kemarin juga berbarengan dengan opening yang diserahkan Wabup dan Baznas secara simbolis. Termasuk juga diserahkan pengasuh dan Ketua IAA Pusat,” lanjutnya.
Matzeri menyatakan, setiap anak yatim akan menerima paket sembako dan uang. “Paket sembako itu hasil donasi dari KEI dan Baznas. Sementara uang hasil donasi dari para alumni dan sejumlah pihak,” sebutnya.
Hari ini, Kamis, 14 Mei 2020, sambung Matzeri, merupakan hari kedua santunan. Kata Matzeri, ada empat desa dengan 40 anak yatim, di antaranya Desa Dungkek, Bunpenang, Taman Sare, dan Candi. “Ada 4 desa dengan 40 anak yatim hari ini. Kita start jam 14.00 WIB sampai jam 16.00 WIB,” imbuhnya.
Kemudian pada hari ketiga, Jumat, 15 Mei 2020, juga ada empat desa di zona utara, yaitu Lapa Laok, Lapa Daya, Lapa Taman dan Bungin-bungin. “Nanti akan ketemu 133 anak yatim. Karena kuota per desa itu 10 anak yatim. Jika setiap desa tak sampai 10 orang, maka dicarikan di desa lain,” jelas Matzeri.
Kemudian hari berikutnya, IAA Dungkek juga akan memberikan paket sembako kepada warga kurang mampu dan duafa. “Kita memang agendakan tiap hari dari 20 Ramadan. Kita selesaikan dulu anak yatim, setelah itu kita fokus menyerahkan paket sembako kepada warga kurang mampu,” katanya menegaskan.
Kenapa 133 anak yatim? Sekretaris IAA Dungkek, Muhammad Rasyidi menjelaskan makna di balik angka 133. Menurutnya, jumlah tersebut sesuai dengan usia Pondok Pesantren Annuqayah.
“Karena tahun 2020, Ponpes Annuqayah berusia 133 tahun. Makanya santunan anak yatim jumlahnya segitu,” jelasnya.
Sekadar diketahui, acara yang bertema “Peduli di Tengah Pandemi” ini digelar IAA Dungkek bersama Koran Madura dan Santri Annuqayah. Kemudian dikerjasamakan dengan Baznas, KEI dan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Dungkek.
Sejak hari pertama bulan Ramadan, tim menggelar donasi kepada para alumni dan sejumlah pihak. Hasil dari donasi tersebut diserahkan kepada 133 anak yatim se Kecamatan Dungkek dari tanggal 20 Ramadan sampai akhir Ramadan. (SOE/DIK)