Oleh: MH. Said Abdullah
Pada hari jadi ke 752, sebuah kado penuh harapan diterima Pemerintah Daerah dan masyarakat Kabupaten Sumenep, terutama yang berada di Kepulauan. Harapan itu berupa keberhasilan uji coba operasional pesawat tanpa awak untuk pengiriman logistik medis misalnya, ke pulau-pulau kecil di Kabupaten Sumenep.
Kegiatan uji coba dilaksanakan kerja sama Beehive Drones dengan Tinc (Telkomsel Innovation Center), Departemen Teknik Transportasi Laut ITS, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta Kabupaten Sumenep bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Sumenep, 31 Oktober.
Untuk skala nasional uji coba operasional itu memang terkesan biasa. Namun, bagi Pemda Sumenep, bernilai strategis terutama dikaitkan kondisi geografis Kabupaten Sumenep, yang memiliki 126 pulau, yang 48 diantara berpenghuni.
Pesawat tanpa awak itu juga menjadi nilai tambah karena merupakan bagian dari janji kampanye dan program Bupati Achmad Fauzi yang telah menegaskan tekad untuk lebih memperhatikan daerah kepulauan.
Ketersediaan pesawat tanpa awak diyakini akan menjadi terobosan penting bagi sistem logistik Indonesia khususnya Kabupaten Sumenep yang memiliki banyak kepulauan atas permasalahan last-mile delivery.
Selama ini berbagai penanganan persoalan di kepulauan Kabupaten Sumenep memang terkendala infrastruktur. Ketersediaan transportasi belum sepenuhnya teratasi untuk menjangkau daerah kepulauan. Kondisi alam seperti tingginya ombak yang kadang terjadi tiba-tiba makin mempersulit penanganan persoalan di kepulauan.
Dengan berbagai keterbatasan memang diperlukan inisiatif taktis dan strategis untuk mengatasi berbagai persoalan di kepulauan. Saat ini misalnya, untuk mempercepat pengiriman vaksin memerlukan prasarana canggih seperti drone atau pesawat tanpa awak, yang sangat praktis serta cepat dan efektif.
Kabupaten Sumenep, yang memiliki kepulauan relatif banyak, memerlukan kepemimpinan berjiwa enterpreuner untuk mensiasati keterbatasan anggaran serta mencari terobosan baru dalam mengatasi berbagai persoalan masyarakat di kepulauan. Berharap pembangunan infrastruktur seperti jembatan antar pulau jelas jauh dari proporsional baik dari pertimbangan geografis maupun pertimbangan ekonomis. Sementara, masyarakat di kepulauan seperti masyarakat yang berada di daratan memerlukan perhatian sama. Bagaiamanapun mereka merupakan warga Sumenep, yang memiliki hak sama.
Di sinilah penting keberpihakan dan perhatian seluruh jajaran pemerintahan daerah pada daerah kepulauan, yang karena letak geografis kemungkinan agak kurang mendapat perhatian. Sebuah pilihan sikap yang tidak mudah baik karena keterbatasan anggaran maupun fakta riil beratnya tantangan dan keterbatasan sarana, yang harus dihadapi.
Era sekarang ini boleh dikata relatif membaik perhatian terhadap daerah kepulauan terutama menyangkut pembenahan infrastruktur pedesaan. Skema dana desa, yang di era pemerintahan pimpinan Presiden Jokowi, yang setiap tahun makin meningkat menjadikan desa-desa di kepulauan seperti daerah terpencil lain di seluruh Indonesia, otomatis mengeliat dapat berbenah melengkapi berbagai kebutuhan prasarana masyarakat.
Namun demikian tetap harus diakui bahwa letak kepulauan dengan keterbatasan sarana transportasi, berbagai kebutuhan logistik yang mendesak belum dapat sepenuhnya teratasi dengan baik. Karena itu, keputusan Pemda Sumenep, mulai menggunakan pesawat tanpa awak, menjadi solusi cerdas mengatasi berbagai kebutuhan mendesak masyarakat yang berada di kepulauan.
Sumenep pada hari jadi ke 752 memulai langkah baru melengkapi prasarana untuk menunjang berbagai kebutuhan mendesak daerah kepulauan melalui uji coba pesawat tanpa awak. Ini artinya, masyarakat daerah kepulauan di Kabupaten Sumenep, pelan tapi pasti akan mulai lebih cepat dapat memenuhi berbagai kebutuhan mendesak terkait keselamatan masyarakatnya. Kebutuhan obat-obatan misalnya, tidak perlu lagi menunggu berhari-hari sehingga kesehatan dan keselamatan masyarakat kepulauan lebih terjamin.
Selamat Hari Jadi Kota Sumenep ke 752. Semoga makin jaya dan sejahtera seluruh warganya.