SUMENEP, koranmadura.com – Petani di Kabupaten Sumenep tampaknya tidak terlalu gereget untuk menanam tembakau tahun ini. Namun, hal itu tidak semata-mata karena mereka “kecolongan”, tapi ada faktor lain.
Sebelumnya, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Sumenep, Abdul Hamid menyebut bahwa, pada musim ini banyak petani tembakau kecolongan.
Mereka kesulitan menggarap lahannya untuk ditanami tembakau karena sudah terlalu kering. Sehingga sampai sekarang masih banyak petani yang belum menanam meski perubahan musim telah terjadi sejak beberapa bulan lalu.
“Sejak awal sudah kami sampaikan untuk memulai tanam tembakau, tapi petani belum memulai. Sehingga petani banyak yang kecolongan,” kata dia.
Namun lebih dari itu, menurut Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Thalabuddin, salah satu faktor petani kurang gereget menanam tembakau musim sekarang karena tidak adanya kejelasan harga dari pabrikan.
“Petani di sini tak semangat seperti musim lalu untuk menanam tembakau. Salah satu faktornya karena belum ada kesepakatan terkait harga. Pabrik bilangnya, harga tembakau sesuai kualitas,” ungkap dia, Senin, 8 Juli 2019.
Dia mengungkapkan, saat ini petani yang telah menanam tembakau baru sekitar 40 persen dari jumlah petani yang biasa menanam. “Kalau di Sumenep, petani yang biasa menanam tembakau itu enam ribu lebih,” tambahnya.
Ploting area tembakau di Sumenep tahun ini sebanyak 21.893 hektare dengan target produksi sebanyak 14 ribu ton. Dari luas area tersebut, kebutuhan bibit diperkirakan sekitar 547.325.000 batang. (FATHOL ALIF/ROS/DIK)